Polres TTS-Dokkes Otopsi Jenazah Siswa Korban Kekerasan Oleh Guru

digtara.com -Penyidik Satreskrim Polres Timor Tengah Selatan (TTS) melakukan ekshumasi dengan menggali kubur R di Kecamatan Santian, Kabupaten TTS.
Baca Juga:
Ekshumasi dipimpin Kasat Reskrim Polres TTS, AKP I Wayan Pasek Sujana bersama penyidik unit PPA Satreskrim Polres TTS dan anggota Polsek Boking.
Selain ekshumasi, pihak Polres TTS mendatangkan tim medis dari Bid Dokkes Polda NTT dan rumah sakit bhayangkara Titus Uly Kupang untuk melakukan otopsi
Baca Juga:Otopsi dan ekhumasi dilakukan pada Jumat (11/10/2025) di Desa Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten TTS.
Otopsi dilakukan oleh dr Edwin Tambunan yang merupakan dokter forensik dan beberapa petugas medis.
Petugas medis memeriksa sebagian organ dan bagian tubuh korban.
Kapolres TTS, AKBP Hendra Dorizen yang dikonfirmasi pada Senin (13/10/2025) membenarkan hal tersebut.
"Otopsi sudah dilakukan pada (tanggal) 11 Oktober 2025 lalu. Kita tunggu hasil resmi dari bid Dokkes Polda NTT," ujar Kapolres.
Baca Juga:Usai otopsi dan ekshumasi yang disaksikan perwakilan kerabat korban, jenazah korban dimakamkan kembali.
Penyidik juga sudah mengamankan barang bukti batu yang dipakai pelaku menganiaya korban dan pakaian seragam korban.
Yn (51), guru di SD Inpres Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten TTS, NTT dilaporkan ke polisi atas dugaan penganiayaan yang menyebabkan R sakit dan meninggal dunia.
Namun kerabat korban, Sarlisa (37) baru melaporkan kasus dugaan penganiayaan terhadap anak hingga meninggal dunia ke Polsek Boking, Polres TTS pada Kamis, 9 Oktober 2025.
Sarlisa menyebutkan kalau dugaan penganiayaan tersebut dilakukan terlapor hingga korban meninggal dunia.
Baca Juga:Korban meninggal dunia pada Kamis, 2 Oktober 2025 lalu pasca dianiaya sang guru mata pelajaran pendidikan jasmani ini menggunakan batu.
Pasca dianiaya oleh oknum guru tersebut, korban tidak menceritakan kepada orang tuanya hingga meninggal dunia satu pekan setelah diduga dianiaya sang guru.
Dugaan korban meninggal akibat dianiaya sang guru baru terungkap setelah korban meninggal dan sejumlah rekan korban datang melayat.
Mereka dipukuli karena tidak mengikuti latihan upacara pada Minggu (21/9/2025) di sekolah.
Baca Juga:Rekan korban mengakui kalau korban dipukuli menggunakan batu pada bagian kepala dan saat itu korban sempat pingsan.
Ibu korban sempat menginterogasi korban perihal benjolan di kepala dan diakui korban kalau ia dianiaya guru olahraga menggunakan batu.
Walau sempat mengeluh sakit, korban tidak banyak bicara. setelah pulang sekolah, korban langsung tidur dan bermain seperti biasa.
Baca Juga:Korban mulai terserang demam dan meriang pada Sabtu (27/9/2025) hingga Senin (29/9/2025).
Orang tua awalnya berpikir kalau korban hanya sakit biasa, namun korban mengeluhkan rasa sakit pada kepala yang diduga akibat dipukuli sang guru.
Kondisi korban makin memburuk pada Rabu (1/10/2025). Saat hendak dibawa ke rumah sakit, korban mulai berperilaku tak biasa.
Keluarga korban sulit mendapatkan angkutan untuk membawa korban ke rumah sakit. Beruntung ada keluarga dari desa lain menjemput mereka dengan kendaraan dan membawa korban ke rumah sakit.
Kamis (2/10/2025) petang sekitar pukul 18.00 Wita, korban dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga:Kapolres TTS, AKBP Hendra Dorizen membenarkan adanya laporan polisi terkait kasus tersebut.

Aniaya Siswa SD Hingga Tewas, Guru Penjas di TTS Ditahan Polisi

DPO Polres TTU Kasus Kekerasan Pada Anak Diamankan di Kalimantan

Pria di Kabupaten TTS Diamankan Polisi Karena Kasus Kekerasan Seksual Pada Penyandang Disabilitas

Fraksi PKB DPRD Jateng Sampaikan Hasil Reses, Catat Adanya Penolakan Warga Terhadap Kebijakan Full Day School

Fraksi PPP DPRD Jateng Mendesak Pemprov dan Pemerintah Pusat Naikkan Insentif Guru Madin
