Selasa, 07 Oktober 2025

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 7 Oktober 2025: Diproyeksi Bergerak Fluktuatif

Arie - Selasa, 07 Oktober 2025 08:24 WIB
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Selasa 7 Oktober 2025: Diproyeksi Bergerak Fluktuatif
net
Ilustrasi.

digtara.com -rupiah/" target="_blank">Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah pada perdagangan Selasa (7/10/2025), seiring tekanan dari dinamika global dan faktor domestik.

Baca Juga:

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sebelumnya ditutup menguat 20,50 poin atau 0,12% ke posisi Rp16.583 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,76% ke level 98,46, menandakan penguatan mata uang Paman Sam terhadap sejumlah mata uang utama dunia.

Di kawasan Asia, mayoritas mata uang regional justru terkoreksi. Yen Jepang melemah 1,87%, disusul won Korea sebesar 0,53%. Sementara ringgit Malaysia dan peso Filipina turun masing-masing 0,19% dan 0,83%.

Sentimen Global Tekan Rupiah

Baca Juga:

Mengutip Reuters, nilai tukar euro turut melemah setelah Perdana Menteri Prancis Sebastian Lecornu mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (6/10/2025), hanya 14 jam setelah memperkenalkan kabinet barunya.

Dari sisi kebijakan moneter, pelaku pasar menaruh perhatian besar pada langkah Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada rapat 28–29 Oktober 2025. Ekspektasi ini menguat setelah data menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja AS.

Chief Market Economist Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, menilai pasar saat ini tengah berada dalam fase bias momentum.

"Sentimen negatif datang dari ancaman penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS, namun di sisi lain ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga meningkat," ujarnya.

Cardillo menambahkan, "Pasar kini memprediksi The Fed akan lebih longgar dibandingkan ekspektasi sebelumnya."

Proyeksi Pergerakan Rupiah

Baca Juga:

Sementara itu, pengamat valas Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah akan bergerak berfluktuasi namun berpotensi menutup perdagangan lebih lemah di kisaran Rp16.530–Rp16.580 per dolar AS.

Menurutnya, penguatan dolar AS didorong oleh meningkatnya keyakinan pasar global bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Berdasarkan data CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin mencapai lebih dari 99%.

"Pasar semakin yakin pemangkasan suku bunga akan terjadi dalam waktu dekat. Itu membuat dolar menguat terhadap sebagian besar mata uang utama dunia," jelas Ibrahim dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/10/2025).

Faktor Politik dan Geopolitik Global

Selain faktor moneter, ketidakpastian politik di AS juga menambah tekanan. Hingga kini, para senator masih gagal mencapai kesepakatan atas proposal pengeluaran pemerintah federal, sehingga penutupan pemerintahan (shutdown) berlanjut hingga pekan depan.

Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya telah berdiskusi dengan Hamas untuk mengatur pertemuan lanjutan di Mesir membahas perundingan damai terkait konflik Gaza. Di saat bersamaan, Ukraina meningkatkan serangan terhadap infrastruktur energi Rusia, termasuk kilang Kirishi yang memiliki kapasitas produksi lebih dari 20 juta ton per tahun.

Baca Juga:

Tekanan Domestik: Penyerapan Anggaran yang Lambat

Tekanan terhadap rupiah juga bersumber dari dalam negeri, terutama akibat lambatnya penyerapan belanja kementerian/lembaga (K/L) dalam tahun anggaran 2025.

Menurut Ibrahim, kebijakan efisiensi anggaran yang diterbitkan pada Februari 2025 membuat sejumlah instansi harus menyesuaikan kembali alokasi belanja mereka, sehingga realisasi anggaran berjalan lebih lambat dibanding tahun sebelumnya.

Meski demikian, pemerintah tetap optimistis penyerapan akan meningkat menjelang akhir tahun. Data Kementerian Keuangan menunjukkan, terdapat 12 K/L besar yang telah mencapai realisasi belanja sekitar 80%.

Baca Juga:

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru