Kurun Waktu Lima Tahun, Terjadi 59 Kasus Konflik Buaya dengan Warga di Wilayah NTT

digtara.com - Konflik antar warga masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan buaya sering terjadi.
Baca Juga:
Dalam satu pekan ini, terjadi beberapa konflik buaya dengan warga di Kabupaten Sumba Barat Daya dan di Kabupaten Kupang.
Di dua wilayah ini, dua orang warga Kabupaten Sumba Barat daya (Ibu dan anak) tewas dimangsa buaya. Sementara di Danau Tuadale, Kabupaten Kupang, korban (pria dewasa) mengalami putus telapak tangan kanan digigit buaya.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT, Arief Mahmud saat dikonfirmasi di kantornya, Rabu (12/2/2025) mengakui kalau Danau Tuadale adalah habitat buaya.
Di lokasi tersebut sudah ada papan peringatan yang dipasang oleh BBKSDA sebagai warning kepada warga.
"Karena itu habitat buaya dan juga kawasan konservasi, kami sudah memasang papan peringatan," kata Arief.
Dia menjelaskan Danau Tuadale masuk dalam kawasan konservasi dari salah satu kawasan yang dikelola oleh BBKSDA NTT. Dan Danau Tuadale adalah habitat buaya.
"Sehingga kami menghimbau kepada masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebut khususnya yang melakukan aktivitas harus berhati-hati," kata Arief memperingatkan.
Karena itu Danau Tuadale bukan kawasan yang diperuntukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti memancing atau berenang dan aktivitas lainnya karena sangat berbahaya.
Diingatkan pula agar hal tersebut perlu menjadi perhatian seluruh warga, apalagi letak Danau Tuadale yang berdekatan dengan pemukiman warga yang sering melakukan aktivitas di danau tersebut.
Dalam kurun waktu 2019 hingga 10 Februari 2025 ini sudah terdapat delapan kejadian konflik manusia dan satwa liar buaya di Danau Tuadale.
"Dan dengan kejadian kemarin, maka jumlah kasus atau konflik bertambah menjadi delapan kejadian konflik buaya dengan masyarakat," ujar Arif.
Dari delapan kejadian tersebut, satu orang meninggal dunia sedangkan tujuh lainnya mengalami luka yang cukup serius. Sehingga harus menjadi perhatian.
Sedangkan sepanjang 2025 hingga 10 Februari 2025 sudah ada empat kejadian konflik buaya dengan manusia yang terjadi di wilayah NTT.
Keempat kejadian tersebut terjadi di Lembata satu kejadian, korbannya selamat, terjadi pada tanggal 30 Januari 2025, kemudian dua kejadian di Sumba Barat Daya, dua korban meninggal dunia yakni ibu dan anak yang terjadi pada 5 Februari 2025, dan satu kejadian di Kabupaten Kupang, korbannya alami putus pada tangan yang terjadi 10 Februari 2025.
"Jadi ada empat kejadian pada tahun 2025 ini," kata Arief.
NTT merupakan salah satu wilayah yang paling banyak dilaporkan korban akibat terjadi konflik antara manusia dan buaya.
Ia membeberkan bahwa sejak 2019 hingga 10 Februari 2025 terdapat 59 kasus konflik antara buaya dan manusia.
"Perlu kami informasikan juga bahwa sejak 2019 sampai dengan 2025 bulan Februari sudah ada 59 kasus konflik antara buaya dengan manusia," kata Arief.
Untuk setiap kasus, BBKSDA telah melakukan penanganan untuk evakuasi terhadap buaya yang berada di lokasi-lokasi tertentu ke tempat penitipan sementara di kandang BBKSDA di Kupang.
Jiki Orlando Benu (27), mengalami luka parah akibat diserang seekor buaya saat memancing ikan, pada Senin (10/2) sekitar pukul 15.00 Wita.
Korban kini harus menjalani perawatan di RSUD W.Z. Johanes Kupang akibat kehilangan tangan kanannya karena dimakan buaya.
Kepala BBKSDA NTT, Arief Mahmud dalam keterangannya mengatakan kejadian konflik manusia dan satwa liar buaya terjadi di Danau Tuadale, Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang.
"Bahwa benar memang terjadi kasus konflik antara satwa liar dalam hal ini buaya dengan masyarakat yang sedang mencari ikan di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Danau Tuadale, Desa Lifuleo,Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang," kata Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud`
Konflik satwa liar buaya dan manusia tersebut berawal dari korban Jiki yang pergi memancing sendirian di Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa Danau Tuadale, Desa Lifuleo sekitar pukul 15.00 Wita.
Namun saat korban membuang umpan untuk memancing ikan, tiba-tiba dia langsung diserang oleh buaya dengan menggigit tangan kanannya.
" Pada saat (korban) melempar umpan tiba-tiba buaya sebesar kurang lebih 4 meter menerkam tangan kanan korban," kata Arief.
Usai diserang, korban pun langsung lari menyelamatkan diri tetapi tangan kanan korban putus. Dan saat melakukan diri korban sempat dikejar oleh buaya tersebut.
Korban yang ditemui di ruang perawatan Kelimutu RSUD W.Z. Johanes Kupang pada Selasa (11/2/2025) mengakui sudah sering memancing di Danau Tuadale dan selalu aman tidak ada gangguan ataupun menemukan buaya.
"Pergi pancing sendiri jadi pas mau buang umpan dia (buaya) sambar dan terkam di pergelangan (tangan) sini, dia tarik, beta (saya) juga tarik," kata Jiki.
Dia mengisahkan, saat menarik tangannya yang sudah berada dalam mulut buaya, korban sempat mencolok mata buaya tersebut.
Namun buaya tersebut langsung memutar badan sehingga telapak tangannya langsung putus. Korban kemudian melarikan diri tanpa telapak tangan kanannya.
"Waktu lari masih sempat dia kejar, beta lihat besar buayanya sekitar empat meter," ujarnya.
Dia mengaku kalau tidak mengetahui bahwa lokasi tersebut adalah kawasan suaka marga satwa karena tidak melihat adanya papan peringatan apapun.
"Disitu belum ada (papan peringatan), cuman yang danau sebelah itu banyak papan (peringatan) tapi di tempat beta pancing sonde (tidak) ada," kata Jiki.

Tiga Kapal Polairud Polda NTT Kawal Ketat Prosesi Laut Semana Santa 2025 di Larantuka

Polda Siap Amankan Prosesi Jalan Salib Paskah 2025

Terlibat Berbagai Pelanggaran, Satu anggota Polres Sumba Barat Dipecat

3.148 Personel Polda NTT Amankan 9.001 Gereja di NTT Selama Perayaan Paskah 2025

Selamatkan Bocah Tenggelam, Dua Anggota Polres Sikka dapat Penghargaan
