Rabu, 03 Desember 2025

Terdakwa Letda Achmad Singajuru Ungkap Penyesalan Dan Tetap Ingin Berkarier Di TNI

Imanuel Lodja - Jumat, 28 November 2025 12:38 WIB
Terdakwa Letda Achmad Singajuru Ungkap Penyesalan Dan Tetap Ingin Berkarier Di TNI
ist
Letda Achmad Singajuru dan tujuh terdakwa diperiksa dalam kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky Chepril Saputra Namo di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Kamis (27/11/2025)

digtara.com -Sidang kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky Chepril Saputra Namo kembali berlanjut di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Kamis (27/11/2025).

Baca Juga:

Sidang perkara nomor 41-K/PM.III-15/AD/X/2025 ini masih berlanjut dengan agenda pemeriksaan delapan terdakwa dari total 17 terdakwa.

Terdakwa yang diperiksa masing-masing Pratu Emanuel Joko Huki, Pratu Ariyanto Asa, Pratu Jamal Bantal, Pratu Yohanes Viani Ili, Serda Mario Paskalis Gomang, Pratu Firdaus, Pratu Yulianus Rivaldy Ola Baga, serta terdakwa 16, Letda Inf. Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, S.Tr.(Han).

Sementara terdakwa lainnya, yakni Sertu Thomas Desamberis Awi, Sertu Andre Mahoklory, Pratu Poncianus Allan Dadi, Pratu Abner Yeterson Nubatonis, Sertu Rivaldo De Alexando Kase, Pratu Imanuel Nimrot Laubora, Pratu Dervinti Arjuna Putra Bessie, Letda Made Juni Arta Dana, dan Pratu Rofinus Sale telah lebih dulu diperiksa pada sidang beberapa waktu lalu.

Baca Juga:

Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Mayor Chk Subiyatno dengan dua hakim anggota Kapten Chk Dennis Carol Napitupulu dan Kapten Chk Zainal Arifin Anang Yulianto.

Hadir pula Oditur Militer Letkol Chk Alex Panjaitan dan Letkol Chk Yusdiharto.

Suasana ruang sidang mendadak gaduh ketika terdakwa Letda Achmad menyampaikan penyesalan mendalam atas perbuatannya.

Komandan Kompi C Batalyon 834/TP Waka Nga Mere itu mengaku menyadari tindakannya sebagai pimpinan telah melampaui batas pembinaan dan merusak nama baik institusi TNI.

"Atas segala perbuatan kami ini, kami menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga besar korban," ucapnya dengan suara berat.

Baca Juga:

Belum tuntas kalimatnya, keluarga korban yang hadir sontak bereaksi. "Tidak ada kata maaf bagi kalian!" teriak Pelda Christian Mamo, ayah Prada Lucky, dengan emosi tak terbendung.

Petugas yang bersiaga langsung berupaya menenangkan situasi agar persidangan dapat kembali dilanjutkan.

"Provos tolong tegangan pengunjung. Pengunjung tolong tenang, harga persidangan ini ya," kata hakim ketua melanjutkan sidang.

Meski penolakan jelas terdengar, terdakwa tetap melanjutkan permintaan maafnya.

"Kami tidak ada niat membunuh. Kami bertujuan membina, namun tindakan kami melebihi batas," ujarnya.

Baca Juga:

Ia bahkan memohon agar tetap diberi kesempatan mengabdi sebagai prajurit TNI. "Kami berharap agar kembali berdinas," tambahnya.

Dalam sidang itu, Letda Achmad mengaku baru mengetahui adanya anggota kabur saat ia tiba di Batalyon pada 28 Juli malam.

Ia kemudian memerintahkan bawahannya meminjam borgol milik polisi dan memborgol para korban dalam posisi duduk.

Ia mengaku memukul perut korban hingga korban sesak napas, serta memerintahkan hukuman fisik jongkok-berdiri.

Selain itu, ia membenarkan adanya tindakan penyiksaan berupa penyiraman air ke area wajah korban.

Baca Juga:

"Korban kami perintah tidur terlentang, lalu kaki dan kepalanya dipegang anggota. Wajah ditutup dengan kain kemudian air disiram ke hidung dan mulut hingga air satu ember habis. Itu namanya 'tenggelam di darat'," bebernya.

"Korban Prada Lucky sempat berontak ketika disiram tapi Prada Richard tidak berontak," tambahnya.

Ia juga mengakui mencambuk kedua anak buahnya itu menggunakan selang dan kabel warna putih.

Ia menyebut melihat sekujur tubuh korban terdapat bekas luka akibat diseleng.

Baca Juga:

Perwira TNI itu menyebut dirinya memerintahkan agar korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis setelah menerima keluhan dari Prada Lucky kalau dirinya demam dan mual-mual.

Dantonkes membawa korban ke rumah sakit Aeramo namun tidak tertolong. Ia sempat berusaha membawa korban ke kupang namun terkendala penerbangan.

"Kami sempat berkoordinasi dengan pihak bandara tapi tidak ada pesawat yang masuk. Korban kondisinya semakin menurun tapi alat di rumah sakit tersebut kurang memadai. Kalau alatnya lengkap, kemungkinan bisa diselamatkan," ungkapnya dengan nada terkesan menyalahkan pihak rumah sakit.

Selain Letda Singajuru, terdakwa lain turut memperkuat pengakuan serupa dalam kesaksian masing-masing, termasuk tindakan mencambuk dan pemukulan berulang.

Usai pemeriksaan seluruh terdakwa, majelis hakim menutup persidangan dan menjadwalkan agenda selanjutnya pada Rabu, 3 Desember 2025 mendatang untuk mendengarkan pembacaan tuntutan dari oditur militer.

Baca Juga:

Keluarga korban masih belum bisa menerima kesaksian para pelaku dan terus menuntut keadilan ditegakkan secara maksimal terhadap kematian Prada Lucky dan luka berat yang menimpa Prada Richard Junction Bulan.

"Kami keluarga tidak menerima permohonan maaf dari para pelaku dan menuntut hakim menjatuhkan hukuman penjara dan pemecatan dari TNI karena mereka tidak pantas sebagai tentara. Masih banyak orang baik yang ingin menjadi tentara," tegas Sepriana Paulina Mirpey, ibunda Prada Lucky.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru