Selama Sepekan, Pelambatan Ekonomi China Tekan Rupiah Semakin Loyo

digtara.com | JAKARTA – Data ekonomi China yang melemah akibat dampak perang dagang, turut menekan pergerakan rupiah sepekan ini.
Baca Juga:
Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Jumat (18/1), rupiah tercatat memang menguat 0,10% ke Rp 14.177 per dollar AS. Namun, dalam sepekan rupiah melemah 0,91%.
Pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), hari ini rupiah juga tercatat melemah 0,16% ke Rp 14.182 per dollar AS. Sementara selama sepekan, rupiah melemah 0,75%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rilis data ekpor China yang melemah menekan penguatan rupiah sepekan ini. China melaporkan kinerja perdagangan per Desember 2018 dengan pelemahan ekspor dalam dollar yang turun sebesar 4,4% secara tahunan sementara impor turun 7,6%. Realisasi tersebut merupakan yang terendah sejak 2016.
“Ekonomi negara emerging market berkolerasi tinggi ke China, sehingga apa yang terjadi di China mempengaruhi currency emerging market jadi ikut melemah,” kata Josua seperti dilansir kontan.
Sementara dari dalam negeri, tak bisa dipungkiri neraca dagang Indonesia yang defisit sebesar US$ 8,57 miliar untuk periode Desember 2018 memberi sentimen negatif pada rupiah.
Josua menyoroti pernyataan BI yang mengatakan tingkat suku bunga acuan sudah mencapai puncaknya juga memberikan faktor negatif ke rupiah.
Sepekan depan, Josua memproyeksikan rupiah masih akan melemah di rentang Rp 14.100 per dollar AS hingga Rp 14.250 per dollar AS. Penyebab rupiah masih melemah adalah data ekonomi China yang banyak keluar di awal pekan Josua proyeksikan hasilnya akan melambat dan memberi tekanan pada mata uang emerging market, termasuk rupiah.

Dolar AS Melemah, Pasar Fokus pada Arah Suku Bunga The Fed dan Kebijakan Fiskal

Rupiah Menguat Tajam, Dolar AS Melemah, Akibat Kebijakan Trump?

Prediksi Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Selasa 29 April 2025

Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini Minggu 27 April 2025

Dibuka Perkasa, Rupiah Diproyeksi Loyo Hari Ini
