Anggota DPR RI Sebut Ekonomi Jadi Pemicu Ratusan Ribu Anak di NTT Tidak Bersekolah

Baca Juga:
Anggota Komisi X DPR RI Anita Jacobah Gah bersama Kemendikbud Ristek menggelar workshop pendidikan di Hotel Aston Kupang akhir pekan lalu untuk mencari jalan keluar mengurangi angka anak tidak bersekolah di NTT.
"Workshop Pendidikan ini mengumpulkan puluhan kepala sekolah dan guru untuk kita bicara dan mencari bagaimana caranya untuk menghilangkan angka anak tidak bersekolah di NTT ini," ujar Anita.
Anita Gah menyebut walaupun angka tersebut masih dibawah nasional yakni sekitar 1,2 juta, tapi semua cara akan dilakukan untuk mengurangi angka tersebut.
"Kan ada banyak program-program pemerintah seperti PIP maupun KIP kuliah, apalagi perintah undang-undang bahwa semua harus sekolah, tapi kenyataannya banyak anak yang tidak sekolah," katanya.
Anita Gah menambahkan, pemicu utama 143.000 anak di NTT tidak bersekolah adalah ekonomi.
Selain itu karena jarak rumah dengan sekolah yang sangat jauh, serta situasi-situasi lain di sekolah yang membuat anak tidak nyaman.
"Sebagai wakil rakyat dari NTT punya tanggung jawab yang besar, bagaimana menurunkan bahkan menghilangkan angka anak tidak bersekolah di NTT, karena undang-undang sudah mengamanatkan itu," jelasnya.
Masih menurut Anita Gah, sebanyak 143.000 anak itu sudah termasuk SD, SMP, SMA hingga bangku kuliah. Dari semua kabupaten di NTT, kabupaten TTS yang paling tinggi angka anak tidak bersekolah.
"Jika anak tidak bersekolah karena faktor ekonomi, kan ada beasiswa, sehingga saya minta kepada pihak pemerintah baik Pak Gubernur, Pak Bupati dan Pak Walikota, untuk pastikan data itu harus akurat," tandasnya.

Polda NTT Panen 20 Ton Jagung Pada Lahan Lima Hektar

Tiga Anak Dibawah Umur Pelaku Pencurian di Kota Kupang Dikenakan Hukuman Wajib Lapor

Polres TTU Sosialisasikan Pencegahan TPPO dan TPPM Kepada Camat dan Lurah

Warga Oesapa Barat-Kupang 'Curhat' Ke Kapolresta Soal Miras, Balapan Liar dan Pesta Tanpa Batas Waktu

Pria di Kabupaten TTS Diamankan Polisi Karena Kasus Kekerasan Seksual Pada Penyandang Disabilitas
