Gagal Dioperasi karena Ketiadaan Dokter Anestesi, Ibu Hamil dan Bayi di Maumere-Sikka Meninggal Dunia

digtara.com - Maria Yunita (36), seorang ibu hamil di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, meninggal dunia usai gagal dioperasi saat akan melahirkan anak pertamanya.
Baca Juga:
Korban gagal dioperasi cesar karena tidak ada dokter spesialis anestesi di RSUD TC Hiller Maumere.
Fatima Ubatupen, salah satu keluarga korban yang dihubungi Kamis (10/4/2025) malam mengatakan, korban Maria Yunita adalah warga RT 18 Kelurahan Nangameting, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.
Fatima menyampaikan korban meninggal di IGD RSUD TC. Hillers Maumere pada Rabu (9/4/2025) malam pukul 23.00 wita setelah gagal menjalani operasi cesar karena tidak adanya dokter spesialis anestesi di RS tersebut.
"Meninggal Rabu malam, jam 11," kata Fatima pada Kamis (10/4/2025) malam.
Ia menceritakan awalnya korban mengalami sesak napas pada Selasa (8/4/2025) tengah malam di rumahnya.
Saat itu korban hanya mengkonsumsi teh panas dan bertahan hingga Rabu (9/4/2025).
Pada Rabu (9/4/2025) sekitar pukul 09.00 wita, korban diantar oleh Fatima dan suami korban, Anselmus Ananias Gonde ke Puskesmas Beru untuk periksa karena sesak napas yang dialaminya sekaligus ingin melakukan USG untuk menentukan tanggal persalinan yang direncanakan melalui operasi cesar atas kehamilannya.
"Sampai di Puskesmas dia (korban) dapat penanganan dengan oksigen dan juga perawat lakukan observasi lalu saya disuruh pulang," kata Fatima.
Sekitar pukul 14.30 Wita, Fatima mendapat telepon dari suami korban bahwa korban mau dirujuk ke UGD RSUD TC. Hillers Maumere untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
Setelah mendapat telepon, Fatima pun langsung ke Puskesmas untuk mengantar korban ke UGD RSUD TC. Hillers.
"Sampai disana (UGD RSUD TC. Hillers) karena dia (korban) masih sesak napas jadi dibantu dengan oksigen sambil pasang infus," ujarnya.
Beberapa saat kemudian, pihak dokter jaga di UGD memberitahukan kepada keluarga bahwa korban mau dirujuk ke RSUD Larantuka di Kabupaten Flores Timur.
Alasannya, di RSUD TC. Hillers, Maumere tidak ada dokter spesialis anestesi sehingga operasi cesar tidak bisa dilakukan. Hal itu disetujui oleh keluarga korban.
Tapi setelah itu, pihak UGD kembali memberitahukan bahwa RSUD Larantuka juga tidak memiliki dokter spesialis anestesi.
Selain itu, ruangan ICU di RSUD Larantuka, Kabupaten Flores Timur juga sedang dalam tahap renovasi.
"Setelah di Larantuka tidak jadi, dari pihak dokter UGD bilang mau dirujuk lagi ke Gerong di Bajawa (Kabupaten Ngada)," ujar Fatima.
Tapi keluarga dengan pertimbangan ke Gerong terlalu jauh yang memakan waktu sekitar delapan jam sehingga dikonfirmasi kembali ke pihak rumah sakit.
Pihak rumah sakit kemudian akan merujuk korban lagi ke RSUD Lewoleba di Kabupaten Lembata yang harus menyeberang laut.
Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter di RSUD Lewoleba bahwa dengan kondisi pasien yang harus menyeberangi laut dan perjalanan sekitar tiga jam maka itu akan sangat beresiko.
Akhirnya rujukan ke RSUD Lewoleba pun dibatalkan.
"Akhirnya kami keluarga menunggu lagi keputusan dari pihak rumah sakit," jelas Fatima.
Beberapa saat kemudian, pihak dokter jaga RSUD TC. Hillers kembali memberitahukan bahwa korban bisa dirujuk ke rumah sakit Kewapante, Kabupaten Sikka untuk menjalani operasi cesar anak pertamanya.
Tetapi setelah ditunggu beberapa jam lagi diperoleh informasi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Kewapante juga tidak memadai akhirnya untuk keempat kalinya pasien gagal dirujuk.
"Setelah ditunggu-tunggu akhirnya tidak jadi lagi (dirujuk ke RS Kewapante)," ucap Fatima.
Setelah itu korban dibiarkan begitu saja di UGD RSUD TC. Hillers.
Keluarga pun dilarang memberi korban makan dan minum oleh dokter dengan alasan korban sudah harus berpuasa untuk menjalani operasi cesar padahal saat itu belum jelas pasien akan dirujuk ke mana untuk menjalani operasi.
Hingga pukul 21.30 Wita korban kemudian meminta makan dan minum karena sudah lapar kepada Fatima.
Fatima kemudian berkonsultasi dengan dokter dan diijinkan untuk diberikan.
Tetapi korban saat itu hanya minta untuk diberi minum saja.
Akibatnya pada Rabu (9/4) pukul 23.00 wita, korban akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Bukan hanya korban yang tidak bisa diselamatkan tetapi juga bayinya turut meninggal.
Fatima mengakui bahwa dari diagnosa medis, korban menderita asma dan setelah diperiksa korban memiliki cairan di jantung sehingga korban mengalami sesak napas.
"Rencana mau (operasi) cesar tapi ketiadaan dokter anestesi," jelasnya.
Selama berada di UGD RSUD TC. Hillers, korban hanya diabaikan begitu saja dan tidak mendapat perawatan medis yang memadai. Karena korban hanya menunggu begitu saja begitupun dengan pihak keluarga hanya bisa pasrah ketika itu.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Sikka, Petrus Herlemus yang dikonfirmasi terpisah mengakui jika RSUD. TC. Hillers tidak memiliki dokter spesialis anestesi.
"Iya memang sekarang tidak ada dokter anestesi," kata Petrus saat dikonfirmasi pada, Kamis (10/4/2025) malam.
Petrus menolak memberikan tanggapan penyebab kematian Maria Yunita akibat tidak adanya dokter anestesi sehingga korban gagal menjalani operasi.
Dia berdalih bahwa itu harusnya dijelaskan oleh pihak dokter atau rumah sakit yang menangani pasien sehingga dia tidak punya kewenangan untuk menjelaskan hal tersebut.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) TC. Hillers, dr. Clara Francis yang dikonfirmasi, Kamis (10/4/2025) melalui telepon dan pesan singkat belum memberi jawaban atas peristiwa kematian Maria Yunita, ibu hamil yang gagal dioperasi akibat ketiadaan tenaga dokter spesialis anestesi.

Operas Pekat di Maumere-Sikka Amankan Empat Pasangan Bukan Suami Istri di Penginapan

Abang-Adik di Medan Kirim Mayat Bayi Lewat Ojol, Diduga Hasil Hubungan Sedarah

Jenazah Bayi Tanpa Identitas Dimakamkan K2S

Jenazah Bayi Laki-laki Yang Ditemukan Warga Baumata-Kupang Dalam Selokan Diotopsi

Polres Kupang Cari Pelaku Buang Bayi
