Rusia Sabotase Jalur Kereta untuk Hentikan Pasokan Senjata dari Barat ke Ukraina

digtara.com – Rusia sabotase enam jalur kereta api di Ukraina yang digunakan untuk pasokan senjata dari negara barat.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kemenhan Rusia mengatakan telah menonaktifkan stasiun kereta api dengan mengebom pasokan listrik menggunakan serangan udara presisi tinggi dan senjata berbasis laut.

Namun, seperti dilansir Reuters pada Rabu (4/5), Kemenhan Rusia tak menyebutkan lebih rinci senjata yang dipasok melalui lintasan kereta api tersebut.

Dalam keterangannya, Kemenhan Rusia juga mengatakan telah menargetkan 40 fasilitas dan persenjataan militer Ukraina. Di antaranya empat depot amunisi dan senjata-senjata artileri.

Namun pernyataan Kemenhan Rusia belum terkonfirmasi. Kyiv pun disebut tidak memberikan reaksi secara langsung mengenai hal tersebut.

Ukraina masih berada dalam gempuran Rusia usai mereka melancarkan invasi pada 24 Februari lalu. Hari-hari setelah itu, ledakan dan pertempuran terus terjadi.

Belakangan, Rusia tengah mengintensifkan serangan di Timur Ukraina. Mereka bahkan disebut akan menggempur besar-besaran negara tetanggannya itu sebelum 9 Mei.

Hal tersebut diungkap sejumlah pejabat Amerika Serikat yang mengatakan kemungkinan Putin mengumumkan deklarasi itu pada 9 Mei mendatang.

Tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Kemenangan Rusia yang dirayakan setiap tahun untuk memperingati keberhasilan mereka mengalahkan Jerman saat Perang Dunia II.

Sejak awal invasi, Putin menyebut tindakan Rusia ke Ukraina sebagai ‘operasi militer khusus’. Jika Putin sudah mendeklarasikan secara resmi, maka Moskow bisa mengerahkan kekuasaan penuh sesuai undang-undang.

Di bawah UU itu, Rusia bisa saja mengerahkan pasukan cadangan dan peserta wajib militer. Saat ini, Rusia dilaporkan sangat membutuhkan pasukan tambahan di Ukraina karena perlawanan sengit negara Eropa timur itu.