IHSG Kembali Ditutup Melemah ke Level 6.196

digtara.com | JAKARTA – Setelah sempat rebound pada penutupan sore kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (27/9/2019).

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

IHSG turun 33 poin atau 0,537 persen ke level 6.196. Sepanjang hari ini, IHSG diperdagangkan di teritori negatif.
Analis Pasar Modal, Gunawan Benjamin mengatakan, pelemahan IHSG hari ini linier dengan bursa global yang juga mengalami pelemahan.

Indeks hangseng turun 0,335%, Indeks Kospi turun 1%, Indeks Kuala lumpur turun 0,556%, Indeks Dow Jones turun 0,283%, Indeks Philipina juga turun 0,978% dan ineks STI melemah 0,130%.

“Selain itu, pelemahan juga terjadi akibat aksi tunggu (wait and see) sejumlah pelaku pasar yang menanti pertemuan dan negosiasi dagang AS dengan China. Pelemahan indeks bursa saham juga ditekan oleh kekhawatiran penetapan suku bunga The Fed yang tidak sesuai dengan ekspektasi publik,”tukasnya.

Sementara itu dari dalam negeri, aksi unjukrasa mahasiswa yang masih bergulir membuat investor khawatir adanya gejolak. Ini membuat aktivitas ekonomi terganggu dan merusak fasilitas umum.

“Namun demikian, saya kira penurunan IHSG hari ini lebih dipengaruhi oleh adanya aksi profit taking,”tandas Gunawan.

Di sisi lain, nilai tukar Rupiah terhadap dólar AS juga masih bertahan di level Rp.14.169/USD. Nilai tukar Rupiah terhadap dólar di tahun ini lebih stabil dibandingkan tahun lalu.

Adanya penurunan suku bunga di berbagai negara menopang percepatan pertumbuhan ekonomi global. Begitupun dengan Bank Indonesia yang telah menurunkan suku bunga acuannya dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut.

“Harapannya perbankan dapat segera menyesuaikan diri dengan kebijakan BI dalam implementasinya,”pungkas Gunawan.

“Sementara itu, dari eksternal, The Fed belum memberikan sinyal apakah akan menurunkan suku bunganya kembali atau mempertahankan suku bunga acuannya. Sehingga hal ini membuat mata uang negara lainnya bergerak bervasiasi terhadap dólar AS,”tutup Gunawan.

[AS]