Pengusaha Sumut Mulai Ekspor Kelapa ke Thailand

digtara.com | MEDAN – Pengusaha kelapa asal Sumatera Utara, mulai memperluas pasar produk mereka ke Thailand. Itu dibuktikan dengan ekspor perdana komoditi tersebut pada Kamis 5 September 2019 kemarin.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kepala Balai Besar Karantina Pertanian (KKP) Belawan, Hasrul mengungkap, ada sebanyak 55 ton kelapa yang diekspor melalui Pelabuhan Belawan pada 5 September 2019 lalu. Nilainya mencapai Rp.154 juta.

“Setelah Cina, Pakistan, Malaysia dan Uni Emirat Arab kini giliran Thailand menjadi tujuan pasar ekspor kelapa asal Sumatra Utara. Kemarin ekspor perdana sudah dilakukan,”ujar Hasrul, Senin (9/9/2019).

Hasrul menegaskan, BBKP Belawan telah memastikan komoditas kepala yang dikirim telah terbebas dari serangga hidup. Komoditas ekspor ini juga dipastikan sudah memenuhi seluruh persyaratan Sanitary dan Phytosanitary yang ditetapkan otoritas di Thailand.

“Selain pemeriksaan fisik dan uji laboratorium, proses karantina juga meliputi pengasapan dengan menggunakan gas fumigan untuk menghilangkan/mematikan bakteri,” tambah Nurdin, Kepala  Bidang Tumbuhan Karantina Pertanian Belawan.

Hasrul melanjutkan, selain melakukan proses karantina dengan baik, KKP Belawan juga melakukan beberapa kegiatan untuk ikut mendorong ekspor pertanian dalam program Agro Gemilang yang digagas Kementan.

Adapun kegiatan yang dilakukan di Belawan adalah memberikan bimbingan teknis kepada para eksportir muda yang baru memulai usahanya. Misalnya, tata cara pemenuhan persyaratan teknis produk pertanian dari tiap negara.

Ini diyakini akan berdampak positif pada tingkat keberterimaan produk-produk atau komoditas tersebut di negara-negara mitra dagang.

“Kami akan terus menekan angka penolakan terhadap produk pertanian kita. Selaku otoritas karantina, kami menjadi penjamin kesehatan dan keamanan. Jangan sampai merugikan pelaku usaha yang mengekspor,” terang Hasrul.

[AS]