Kapolda Sulteng Ungkap Ali Kalora Dikepung hingga Ditembak Mati

digtara.com – Kapolda Sulteng Irjen Rudy Sufahriadi mengungkap DPO yang juga pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Ali Kalora sempat dikepung sebelum ditembak mati oleh Satgas Madago Raya.
Baca Juga:
Hal itu terungkap dalam jumpa pers di Gedung Pesat Gatra, Polres Parigi Moutong pada Minggu (19/9/2021). Selain Ali Kalora juga pengawalnya Jaka Ramadhan tewas dalam penyergapan tersebut.
“Kedua DPO yang tewas adalah pimpinan MIT yaitu Ali Kalora beserta pengawalnya asal Banten, Jaka Ramadhan. Mereka berdua dikepung ketika berada di Desa Astina, Kec Torue. Kini DPO MIT tersisa 4 orang dan sampai saat ini masih terus dilakukan pengejaran,” kata Rudi.
Rudi yang didampingi Danrem 132/Tadulako Brigjen Farid Makruf hingga Kepala Operasi Madago Raya Brigjen Reza Arif, mengatakan dari 46 item barang bukti yang disita, terdapat 1 pucuk senjata jenis M16 dan 9 butir peluru tajam. Senjata itu biasa digunakan oleh Ali Kalora.
“Jadi ini semua barang bukti milik Ali Kalora dan Jaka Ramadhan. Terdapat juga ada 2 jenis bom, yaitu bom sumbu dan bom tarik. Sempat meledak dalam kontak senjata, namun Alhamdulillah personel kami tidak ada yang terluka,” ujar Rudi.
Bom Sempat Meledak
Rudy mengatakan aparat gabungan TNI-Polri sempat terlibat baku tembak dengan Ali Kalora. Dia juga mengatakan ada barang bukti bom yang ditemukan, dan terdapat bom yang meledak saat baku tembak.
Bom yang meledak, lanjutnya, terjadi saat Satgas Madago Raya terlibat baku tembak dengan Ali Kalora dan anggotanya, Jaka Ramadhan.
“Bom meledak di Jaka Ramadhan. Ini ada bekas bomnya meledak ini. Entah dia ingin melempar atau ingin bunuh diri,” ucap Rudy, saat dihubungi detikcom, Sabtu (18/9).
Petugas gabungan kini masih mengejar empat orang sisa yang masuk dalam daftar pencarian orang atau DPO. Keempat DPO ini merupakan anak buah Ali Kalora.
“Kita mengamankan lokasi. Ada sebagian juga mengejar empat orang lain di TKP di lokasi berbeda tapi tak bisa disebutkan lokasinya karena takut yang bersangkutan kabur,” ujar Rudy.
Ali sendiri sebelum tewas ditembak bersama anak buahnya masuk dalam enam DPO Satgas Madago Raya.
“Ya, ada 6 DPO. Tertembak 2, sisa 4 orang ini orang Bima semuanya, simpatisan yang terpengaruh konflik Poso zaman dahulu, termasuk kelompok Santoso dulu,” ujar Irjen Rudy.
Ali Kalora adalah ‘petinggi’ yang tersisa dari kelompok militan Islam yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu.
Dia juga ditunjuk sebagai pemimpin kelompok itu menyusul diringkusnya pentolan kelompok Muhajidin Indonesia Timur (MIT) Basri alias Bagong, di tahun yang sama.
Menurut polisi, semenjak 2017 lalu, kelompok ini mengalami penyusutan jumlah anggota, karena sebagian besar ditangkap atau tewas dalam baku tembak dengan pasukan gabungan TNI-polisi dalam operasi Tinombala.

Warga Malaka Diminta Waspadai Terorisme Melalui Kearifan Lokal

Siswa SMK di Kota Kupang Dibekali Bahaya Terorisme dan Intoleransi

Cegah Paham Radikaliame dan Terorisme di NTT, BNPT-FKPT NTT Gelar Kegiatan "Gembira Beragama"

Siswa SMA Negeri 5 Kupang Dibekali Penanggulangan Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme

Polisi Terjunkan Anggota Sesuai Tahapan Pemilu
