Pesawat Jusuf Kalla Mendarat Darurat 10 Menit Setelah Lepas Landas, Pidato Perdamaian Disampaikan Daring

digtara.com - Pesawat yang ditumpangi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, M. Jusuf Kalla (JK), mengalami insiden mendarat darurat hanya 10 menit setelah lepas landas dalam penerbangan menuju Provinsi Aceh, Kamis (14/8/2025).

Baca Juga:

• Ketum DMI Dapat ISNU Award 2025, JK: Tidak ada Negara Maju Tanpa dengan Damai
• PD DMI Klaten Periode 2025-2030 Dilantik, Prof Yuyun Minta Pengurus Kreatif dan Inovatif
• Pesawat Saudi Airlines SV-5726 Terima Ancaman Bom, Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu

JK dijadwalkan menghadiri peringatan dua dekade perdamaian Aceh di Kampus UIN Ar Raniry, Darussalam, Banda Aceh, untuk menyampaikan pidato perdamaian.

"Pesawat harus kembali usai lepas landas sepuluh menit karena permasalahan mesin akibat burung," ungkap pihak terkait.

Meski diketahui JK memiliki jet pribadi British Aerospace Bae 146 seharga sekitar Rp340 miliar, tidak dijelaskan secara pasti jenis pesawat yang digunakan saat kejadian.

Akibat insiden tersebut, JK akhirnya menyampaikan pidatonya secara daring.

Isi Pidato: Perdamaian sebagai Fondasi Pembangunan Aceh

Dalam pidato yang disampaikan dari jarak jauh, JK menegaskan bahwa tujuan akhir dari perdamaian di Aceh adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mempercepat pembangunan daerah.

"Proses perdamaian Aceh tidak mudah dan telah melalui perjalanan panjang. Ada tiga kali upaya perundingan sebelum akhirnya berhasil. Tahun 2002, inisiatif perdamaian mulai dijalankan dan tsunami tahun 2004 mempercepat proses tersebut," ujarnya.

JK mengenang masa konflik Aceh yang menelan banyak korban, baik masyarakat maupun aparat.

"Siang hari operasi TNI, malam hari operasi GAM. Masyarakat tidak menikmati kebebasan secara utuh," kata JK.

Ia mengungkapkan bahwa pasca tsunami, dirinya membentuk tim perundingan dengan target menyelesaikan konflik dalam waktu enam bulan, sebelum memulai proses rekonstruksi.

Menurutnya, tanpa perdamaian, pembangunan tidak akan berjalan.

"Masyarakat sudah lelah, malam tidak bisa tidur, hidup dalam ketakutan. Syukur alhamdulillah, melalui dialog, perdamaian dapat tercapai. Kini warga Aceh bisa menikmati kopi hingga larut malam, sesuatu yang dulu mustahil karena toko-toko cepat tutup," tutur JK.