Warga Lebanon Sebut Pandemi Virus Korona Lebih Buruk Dari Perang

digtara.com – Sejumlah negara memberlakukan kebijakan karantina wilayah (Lockdown) untuk mengendalikan situasi pasa Pandemi Virus Korona (Covid-19). Warga dipaksa tinggal di rumah-rumah mereka untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 tersebut. Mereka pun kini mulai merasa Pandemi Korona lebih buruk dari Perang.
Baca Juga:
Seperti pengakuan Souzan, ibu dua anak berusia 50 tahun yang tingal di Beirut.
“Kami belum pernah melihat hari-hari gelap ini,” kata Souzan mengutip Al Jazeera, Senin (20/4/2020).
“Ini lebih buruk daripada perang,” katanya lagi.
Lebanon sudah hampir sebulan dalam masa karantina wilayah alias lockdown sebagai upaya membendung penyebaran virus korona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
ANCAMAN KELAPARAN
Mata pencaharian yang sudah porak poranda akibat salah dampak konflik sipil yang berakhir 1990, kini diperparah denan pandemi virus korona. Hal ini memaksa orang-orang seperti Souzan mencari bantuan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka.
https://www.youtube.com/watch?v=lp49mP7nEv8
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV.
Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Organisasi Hak Asasi Manusia(HRW) memperingatkan jika tidak program bantuan tidak terbentuk, jutaan orang Lebanon pasti kelaparan.
Lebanon dengan populasi enam juta, di mana sekitar 1,5 juta adalah pengungsi dari Suriah dan Palestina.
Tiga minggu yang lalu, pemerintah Lebanon berjanji memberikan bantuan sebesar USD130 (sekira Rp2 juta) kepada 187.500 keluarga yang paling membutuhkan.
Belum ada…
BELUM ADA BANTUAN
Sekitar 150.000 keluarga yang memenuhi syarat seharusnya mendapatkan bantuan tunai, karena nama mereka terdaftar di Program Penargetan Kemiskinan Nasional, sebuah program yang berafiliasi dengan Bank Dunia untuk membantu yang warga paling miskin di Lebanon.
Namun Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan pada Kamis pekan lalu, bahwa basis data para penerima, dipilih berdasarkan afiliasi dan kesetiaan kepada partai politik, daripada kebutuhan sebenarnya.
Akibatnya, sekitar 100.000 keluarga tidak akan menerima dana tunai.
Al Jazeera melaporkan, mengalihkan dana negara untuk membeli suara merupakan hal yang biasa di Lebanon, dan negara itu selalu menempati peringkat di antara negara-negara paling korup di dunia.
Mantan Menteri Urusan Sosial Richard Kouyoumjian mengkonfirmasi bahwa banyak nama penerima bantuan tunai dipilih oleh partai politik.
https://www.youtube.com/watch?v=lp49mP7nEv8
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV.
Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Pemerintah mengatakan daftar penerima bantuan akan diaudit, dan memberikan waktu bagi Angkatan Darat.
Lebanon, satu-satunya lembaga yang dihormati di negara itu, membuat daftar baru penerima bantuan tunai.
Sementara pemerintah Lebanon berjuang memberikan sedikit bantuan kepada warga yang paling membutuhkan, namun banyak warga yang jatuh ke dalam kemiskinan hari demi hari.
Menteri Urusan…
Menteri Urusan Sosial Ramzi Moucharafieh memperkirakan sekitar 75 persen dari populasi Lebanon membutuhkan bantuan.
Mahmoud Kataya, seorang aktivis anti-korupsi mengelola pengiriman bantuan kepada keluarga yang paling membutuhkan di Beirut.
SUMBER DAYA MENIPIS
Ia mengatakan pada awalnya kelompoknya berhasil mengumpulkan sumbangan untuk memberikan kepada ratusan keluarga. Akan tetapi sumber daya semakin menipis, dan banyak dari kelompoknya memberikan bantuan dari kantong mereka sendiri.
“Masalahnya adalah, ketika seorang wanita atau pria tua memanggil Anda dan menangis karena mereka tidak memiliki makanan untuk anak-anak mereka, Anda akan memberi mereka daging Anda,” katanya.
“Tapi berapa lama kita bisa melanjutkan bantuan seperti ini? Berapa lama kita bisa hidup ketika aktivis kehilangan setengah dari gaji mereka dan bank telah menyita sisanya?”
Bagi Abed, ayah dua anak berusia 54 tahun dari Beirut, kebaikan seperti itu telah menjadi sumber kehidupan.
Dia mengatakan kepada Al Jazeera meminta sumbangan roti kepada tetangga, sesuatu belum pernah dia lakukan sebelumnya.
“Aku malu,” katanya. “Tetangga saya membantu saya, tetapi kita semua berada dalam situasi yang sama,” lanjutnya.
Protes telah meletus di Beirut, Sidon, Tripoli dan kota Aley pada Kamis dan Jumat pekan lalu.
“Lepaskan beban kami, kami lapar,” teriak pedemi di Ale. “Kami ingin makan, kami ingin hidup.”tutupnya.
[AS]
https://www.youtube.com/watch?v=lp49mP7nEv8
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV.
Jangan lupa, like comment and Subscribe.

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur
