Bocah ‘Kalkulator’ Cerdas Asal Medan Putra Seorang Polisi

digtara.com – Petra Jeremy Pangaribuan (9) anak pasangan dari Bripka Frans Suheri Pangaribuan (39) dan Masria Anggraini Pohan Silitonga (39) mendapat julukan bocah kalkulator.

Baca Juga:

• Kapolri Mutasi Sejumlah Perwira, Kombes Jean Calvijn Simanjuntak Resmi Jabat Kapolrestabes Medan
• Truk Pengangkut Sawit Terbakar dan Meledak di Tol Belmera, Lalin Sempat Macet
• Terungkap! Pria di Medan Bunuh Kekasih Gara-Gara Sakit Hati

Petra memiliki kecerdasan dalam berhitung cepat tanpa menggunakan alat bantu. Kemapuan bocah tersebut mulai terlihat sejak Petra berusia 7 tahun. Saat itu ia masih sekolah kelas dua di SD Anugrah Harapan Bangsa.

Cerita awalnya guru bimbel, Tiur Winda Sari, yang mengajarkannya sempoa mengambil video saat ia sedang berhitung dengan menggunakan metode bayang yang sangat cepat.

Rekaman tersebut pun di upload di akun facebook gurunya dan tidak lama kemudian diambil oleh seseorang yang menayangkannya di akun youtube dengan sebutan “bocah kalkulator” tahun 2018.

Sejak itulah pelabelan tersebut melekat kepada dirinya dan semakin menyebar pula ketika ia diundang di dalam program acara Hitam Putih yang dipandu oleh Deddy Corbuzier.

Keahlian anak tersebut dapat menghitung deretan bilangan angka mulai dari puluhan hingga ratusan dalam jangka waktu beberapa detik. Mulai dari soal pengurangan, pertambahan, hingga perkali-kalian bilangan.

Keluarga jaga asupan gizi

Tidak heran beragam piala penghargaan telah didapatkannya. Semisal ketika dirinya mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Sempoa Pusat SIP. Di tingkat regional Sumatera – Aceh, Petra meraih juara satu.

Kemudian dilanjutkan sampai ke tingkat nasional yang diselenggarakan di Semarang mendapatkan juara dua di tahun 2019 dengan level intermedit satu. Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan juara pertama sejak kelas dua SD.

https://www.youtube.com/watch?v=Vm4G8FGk-kI

Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel YoutubeDigtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.

Tentu cara mendidik anak pertama putra dari seorang polisi tersebut menjadi sorotan.
“Tidak ada yang lebih, Petra sama seperti anak lainnya saat didik. Memang kesehariannya diisi dengan belajar akademik, seni dan olah raga,” kata Frans Suheri.

Ia menjelaskan adapun alasan Petra sampai harus les belajar sempoa ketika kelas dua karena mendapat pelajaran di SD yang mengunakan sempoa.

“Saya juga gak nyangka. Di sekolah kan ada mata pelajaran sempoa, makanya kami les kan. Kalau kami kan memiliki keterbatasan untuk mengajarkannya,” cerita ayahnya pada digtara.com

Kegiatan Petra sehari-hari sehabis pulang sekolah jam 12.00 WIB biasanya langsung mengikuti les mata pelajaran sampai jam 15.00 WIB. Lalu les sempoa sampai pukul 17.00 WIB dan terakhir belajar bahasa Inggris hingga pukul 19.00 WIB.

Dalam seminggu, waktu untuk belajar sempoa dua kali di hari rabu dan jumat. Sedangkan les bahasa inggris tiga kali seminggu dari senin, rabu, dan jumat.

Ikut les berenang dan seni

Selain itu setiap hari sabtu ia juga olah raga renang dan belajar melukis di sanggar budaya kota Medan.

“Ya memang tampak padat sekalikan. Tapi itu semua keinginan anak dan sampai saat ini Petra menikmati saja. Belum ada keluhan. Ya, kita sebagai orang tua yang penting terus berupaya agar anak mendapatkan apa yang menjadi bakat di dalam dirinya,” jelasnya.

Ibu Petra sendiri bekerja sebagai ASN di Puskesmas Medan Deli sedangkan Frans Suheri bekerja sebagai polisi di Polrestabes Medan.

Untuk menjaga staminanya, Petra setiap pagi diberikan asupan gizi telur dan jus buah beserta bontot untuk makannya di sekolah. Orangtuanya selalu menjaga asupan anak agar hanya mengkonsumsi makanan yang natural dan sehat.

“Dia itu engga pernah jajan, jadi pas dia lihat ada jajan-jajanan begitu, saya langsung mengarahkannya untuk masak di rumah saja. Terakhir kami masak sama, ya agar dia mandiri juga ke depannya sekaligus menjaga kesehatan,” kata Masria Angraini. (MAG-3)