Cerita Dua Gadis Belia Yang Dianiaya Napi Penerima Asimilasi di Medan
Part II
Baca Juga:
digtara.com – Aisyah Lili Lubis (13) dan Mei-Mei Lubis (11), dua gadis belia yang masih duduk dibangku sekolah dasar.
Keduanya adik dari Agustina Lubis (30), janda yang memiliki empat orang anak, yang sudah ditinggal pergi suami, karena meninggal dunia 3 tahun yang lalu.
Kedua gadis belia tersebut kerap mendapat perlakuan kasar hingga penganiayaan oleh AP (25), residivis 7 kali keluar masuk penjara atas kasus pencurian (maling).
AP merupakan abang kandung kedua gadis tersebut, yang mendapatkan kesempatan asimilasi atas kebijakan Menteri Hukum dan HAM, di tengah Pandemi Covid-19.
Aisyah menceritakan, sejak AP keluar dari penjara, mereka tinggal bersama di rumah sang nenek yang sudah berusia 80 tahun. Namun, selama itu pula dirinya mendapat perlakukan kasar. Dan tak jarang dipukul hingga penganiayaan berat ditendang hingga dilempar benda seperti gelas dan piring.
Alasan penganiayaan karena AP mau makan dan tidak ada lauk di rumah. “Saya disuruh mencari lauk, karena tidak dapat ya AP ngamuk dan melakukan penganiayaan,” katanya, Selasa (19/5/2020) di Medan, Sumatera Utara.
Lain halnya dengan Mei Mei, gadis belia berbaju kaos warna merah. Dirinya sering dipukul gagang sapu hingga patah dibagian kaki dan badan. “Terkadang saya juga ditendang, sakit dan hanya bisa menahan dengan tangisan,” ceritanya.
Tinggal di Odong-Odong
Kini kedua gadis belia tersebut bersama Agustina dan empat anaknya, diusir AP dari rumah sang nenek. Begitu juga nenek renta yang kini diungsikan ke rumah warga.
https://www.youtube.com/watch?v=GX_wy9yeAYI
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Keluarga tersebut terpaksa sepekan tidur di odong-odong milik warga dengan beratapkan langit. Dan setelah itu dibantu warga dengan tinggal di rumah kosong milik warga untuk sementara waktu.
Agustina sendiri mengaku AP sering terlihat mengkonsumsi narkoba jenis sabu di rumah tersebut. Meski sudah diingatkan, AP mengamuk dan tak jarang Agustina menjadi sasaran kemarahannya.
“Saya juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari AP. Namun apa daya, lebih baik menghindar dari pada terjadi perkelahian,” aku ibu empat anak tersebut.
Untuk menghidupi keempat anak dan dua adik kandungnya, Agustina yang sebelumnya bekerja di sebuah rumah makan dengan mencuci piring, kini tak lagi bekerja.
Mencari barang bekas dan sesekali mencuci pakaian warga, menjadi pekerjaannya saat ini. Sedikit uang bisa dihasilkan dari pekerjaan tersebut. “Ya terkadang dapat 15 ribu, 30 ribu. Kadang tidak dapat uang,” ungkap Agustina.
Janda warga jalan Sehati, Kecamatan Medan Perjuangan pun hanya bisa pasrah atas kelakukan adiknya (AP) tersebut. Dirinya tidak berani melaporkan pada pihak berwajib, karena penjara saja tidak bisa membinanya. Bisa-bisa AP marah, dan setelah itu dirinya yang jadi sasaran.
“Saya serahkan semuanya pada Allah SWT. Biarlah Tuhan yang memberinya petunjuk,” ungkap mereka.
Agustina mengaku, saat ini kehidupannya dibantu warga dengan diberikan sembako. Keluarganya yang tergolong tidak mampu tidak terdata sebagai penerima bantuan dari pemerintah kota Medan.
“Kartu sehat, BPJS atau program lainnya, kami tidak terdata,” tutupnya.