Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko saat Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025).
digtara.com - Masyarakat Indonesia terutama generasi muda kita, agak sulit menerima nilai-nilai kebangsaan. Apalagi diinternalisasi hanya dengan menceritakan sejarah perjuangan bangsa. Inilah pentingnya menanamkan nilai-nilai kebangsaan, dengan teladan atau contoh dari para pejabat publik dan tokoh yang mereka lihat di media sosial ataupun media massa.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko saat Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (27/8/2025).
"Kita butuh cara-cara alternatif dalam membumikan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945," papar Singgih.
Singgih mengatakan, internalisasi ini sangat mendesak. Pasalnya, masalah kebangsaan hari ini meliputi fragmentasi dan segregasi nasional akibat perbedaan pandangan politik, menurunnya solidaritas sosial dan semangat persatuan, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan budaya, serta perubahan gaya hidup menuju perilaku tidak sehat.
"Penyelesaiannya memerlukan penguatan rasa persahabatan, semangat gotong royong, dan komitmen mengatasi perbedaan demi kepentingan bersama. Dan tentu saja kepekaan dari pejabat publik, untuk menjaga jiwa dari persatuan dan kesatuan. Apalagi era media sosial, bisa menyatukan sekaligus merapuhkan ikatan emosional bangsa," tegas Singgih.
Singgih Januratmoko, menyoroti kondisi nilai-nilai kebangsaan yang berhadapan dengan prilaku generasi muda saat ini. Paparan informasi melalui internet, membuat mereka menjadi "warga dunia", yang terbebas dari sekat ideologis dan geografis, "Ini mampu melunturkan nasionalisme," imbuhnya.
"Akibatnya nilai-nilai kebangsaan yang dulu menjadi perekat bangsa, hari ini mulai tergerus. Kita melihat meningkatnya intoleransi, individualisme, dan konflik horizontal yang mengancam kohesi sosial," ujar Singgih.
Singgih menekankan, Empat Pilar Kebangsaan harus kembali dijadikan pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Ia menilai, pendidikan karakter dan pemahaman kebangsaan perlu diperkuat, terutama di kalangan generasi muda. Tentunya, dengan cara-cara kreatif seperti film, animasi, kampanye digital, dan menggunakan industri kreatif untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan tersebut. Ia pun mengapresiasi para pelaku industri kreatif yang menggali nilai-nilai perjuangan bangsa dan kebijaksanaan lokal, untuk memompa jiwa nasionalisme dan cinta budaya.
"Bangsa ini akan besar jika generasi mudanya memiliki karakter kuat dan mencintai tanah airnya. Jangan sampai generasi kita tercerabut dari akar budayanya karena derasnya pengaruh luar," tegasnya.
Selain itu, ia juga meminta pemerintah bersama lembaga pendidikan, tokoh agama, dan organisasi masyarakat untuk aktif membumikan nilai-nilai kebangsaan dalam setiap aspek kehidupan. Menurutnya, hal ini penting agar masyarakat tidak hanya paham secara teori, tetapi juga mengamalkan dalam praktik sehari-hari.
"Kalau kita abai, dikhawatirkan bangsa ini akan kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai kebangsaan bukan sekadar slogan, tetapi harus kita hidupi dalam keseharian," pungkas Singgih. (San).