Tanpa Biaya, Gregorius Anak Petani Desa Oesena Lolos Tamtama 2019

Digtara.com | KUPANG – Gregorius Salmun (20), calon siswa Tamtama Polri Panda Polda NTT TA 2019 tak pernah menyangka akan terpilih menjadi Tamtama Polri yang lulus terpilih mengikuti pendidikan Tamtama tahun 2019.
Baca Juga:
Pria asal Desa Oesena Kecamatan Miomafo Timur Kabupaten TTU Provinsi NTT ini merupakan satu dari tujuh calon Tamtama Polri yang lulus ditingkat Panda Polda NTT.
Saat menyampaikan testimoninya, Jumat (28/6) siang di aula Rupatama lantai III Polda NTT ia mengaku kalau keinginan menjadi anggota Polri sudah muncul saat duduk dibangku SMA.
Anak kedelapan dari sembilan bersaudara dari pasangan Stefanus Salmun (69) dan almarhumah Clara Ase Thaus ini terharu dengan hasil yang diraihnya. Sejak tamat dari SMA tahun 2018 lalu, Ia tidak bisa melanjutkan pendidikan karena ketiadaan biaya.
Selama setahun pasca lulus SMA, ia memilih membantu sang ayah menjadi tukang batu dan bertani. “Kalau ada dapat proyek pembangunan rumah, baru saya bantu bapak. Tapi kalau proyek sepi maka kami ke kebun,” ujarnya.
Sejak Februari 2019, ia ke Kupang setelah mendapatkan informasi mengenai penerimaaan terpadu Polri. Di Kota Kupang, ia menumpang dirumah kakaknya, Mikael Salmun yang juga security di sebuah toko di Kota Kupang.
Sejak keluar dari kampungnya, ia mendapat pesan dari sang ayah Stefanus Salmun bahwa ia tidak boleh pulang ke kampung sebelum berhasil. “Bapak berpesan, saya boleh pulang ke kampung kalau sudah sukses,” ujarnya.
Pesan ini senantiasa diingatnya saat mengikuti seleksi tamtama Polri TA 2019. Ia pun tekun mengikuti seluruh proses yang ada hingga terpilih menjadi salah satu Tamtama Polri.
Martheh Salmun (45), kakak sulung Gregorius pun tidak mampu menyembunyikan keharuannya saat pengumuman hasil ini.
Ia mengaku kalau beberapa tahun lalu adik perempuannya sempat mengikuti seleksi Polwan namun gugur saat pengumuman akhir.
“Waktu itu kami berpikir, mungkin karena kami tidak ada uang jadi adik kami gugur saat pengumuman akhir,” ujarnya.
Kegagalan adiknya ini menjadi trauma bagi mereka sekeluarga sehingga beberapa adiknya dilarang mengikuti tes polisi.
Mereka pesimis bisa lulus karena berasal dari keluarga kurang mampu. Keikutsertaan Gregorius pun juga dengan ‘setengah hati’ karena mereka tiidak memiliki biaya.
Namun dugaan ini berbanding terbalik dengan hasil yang diperoleh. Gregorius malah lulus terpilih tanpa bayaran dan sebagai buah dari hasil kerja keras.
“Kami benar-benar tidak mengeluarkan uang sedikit pun kecuali ongkos oto dari kampung ke Kupang,” ujarnya sambil mengusap airmatanya.
Dengan kelulusan Gregorius maka menjadi bukti kalau penerimaan Polri bersih dari pungutan dan dilakukan secara transparan.
Disisi lain, kelulusan Gregorius juga menjadi motivasi untuk adik Gregorius yang saat ini duduk dibangku kelas III SMA untuk ikut seleksi tahun yang akan datang.
“Ini bukti nyata kalau tidak ada pungutan dan proses seleksi ini. Juga motivasi untuk adik kami yang akan ikut tes polisi tahun depan maupun anak-anak dikampung,” ujar Marthen Salmun.
Disisi lain Gregorius juga merasakan buah dari latihan dan kerja keras selama ini. “Uang bukan segala-galanya. Ternyata untuk bisa lulus polisi kita harus ada niat dan tekad serta harus belajar dan berlatih,” tambahnya.
Marthen mengaku kalau mereka hanya mampu disekolah orang tua hingga bangku SMA. Setelah lulus SMA maka masing-masing anak menentukan jalan hidupnya sendiri. Oleh karena itu semua kakak Greogorius lebih banyak memilih jadi petani ketimbang meneruskan pendidikan karena ketiadaan biaya.
Ia berharap dengan hasil ini maka pemuda NTT makin termotivasi untuk mengikuti tes polisi tanpa memikirkan biaya yang harus dipakai dalam proses rekrutmen.
Sebagai masyarakat dari kampung yang jauh ia juga mengapresiasi kerja panitia yang memperhatikan peserta dalam setiap tahapan tanpa membeda-bedakan peserta.[win]

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur
