Jumat, 26 September 2025

Isak Tangis Ibu dan Kerabat Warnai Kedatangan Korban TPPO di Kupang

Imanuel Lodja - Kamis, 07 Agustus 2025 13:00 WIB
Isak Tangis Ibu dan Kerabat Warnai Kedatangan Korban TPPO di Kupang
ist
Isak Tangis Ibu dan Kerabat Warnai Kedatangan Korban TPPO di Kupang

digtara.com -Suasana haru menyelimuti bandara El Tari Penfui Kupang pada Rabu (6/8/2025) malam.

Baca Juga:

Isak tangis pecah saat Elvi Normawati Kun (41) turun dari pesawat dan keluar dari ruang kedatangan.

Ia disambut peluk dan tangis dari ibu kandungnya, N. Kun yang hadir bersama Raymundus Kolo (suami Elvi) dan beberapa kerabat.

Elvi dan ibunya berpelukan erat sambil menangis. Sang ibu tampaknya bahagia bisa memeluk Elvi dalam keadaan selamat dan sehat kembali.

"Terima kasih kepada semua pihak terutama bapak tentara, polisi, BP3MI dan keluarga Flobamora di Kalimantan Barat yang sudah banyak membantu anak saya sehingga ia bisa melewati masa kritis dan bisa pulang dalam keadaan selamat," ujar N. Kun.

Elvi sendiri tiba di Kupang pada Rabu malam menggunakan pesawat Lion Air diantar beberapa petugas BP3MI Kalimantan Barat dan dijemput petugas BP3MI NTT.

Ia menempuh penerbangan dari Pontianak, Kalimantan Barat ke Surabaya dan lanjut ke Kupang.

Saat tiba, Elvi nampak sudah sehat dan bisa berjalan normal. Ia pun langsung berkomunikasi dengan para kerabat yang sudah menunggu di bandara El Tari Kupang.

Dari bandara El Tari Kupang, Elvi dibawa ke rumah singgah dan selanjutnya menjalani pemeriksaan di Polda NTT pada Kamis (7/8/2025).

Kepada wartawan, Elvi menceritakan penderitaannya selama bekerja di Malaysia.

Elvi mengikuti ajakan rekannya Esterina Ola yang juga rekannya di Aplasi, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pada bulan Mei 2025 lalu.

"Saya dibuatkan paspor tapi saya tidak pernah lihat paspor milik saya. Saya dijanjikan akan dapat gaji besar untuk bekerja di Malaysia," ujar Elvi sambil menangis.

Elvi pun akhirnya bekerja di Kuching wilayah Serawak Malaysia. "Saya diperdagangkan dari satu majikan ke majikan yang lain," ujar Elvi.

Majikan pertama diakui Elvi sangat kejam dan kasar. Elvi mengaku dipaksa kerja walaupun pada saat itu ia sakit.

Karena alasan sakit, Elvi dipulangkan ke agency nya dan kemudian bekerja lagi ke majikan lain. "Majikan kedua saya orangnya baik," ujarnya.

Elvi sendiri tidak mengetahui nama majikan pertama maupun majikan kedua. Tugasnya hanyalah bekerja karena paspornya pun dipegang oleh agency.

Lagi-lagi Elvi sakit sehingga majikan kedua memulangkan Elvi ke pihak agency. Elvi mengaku ia mulai mendapatkan perlakuan kasar dari agency.

"Karena saya sakit maka pihak agency menjemput saya secara kekerasan di majikan kedua dan dibawa ke kantor mereka. Saya ditempatkan di lantai IV," urai Elvi.

Elvi pun dikurung di lantai IV. Ia hanya ingat kalau agencynya bernama Bernard. Saat berada di kantor agency, Elvi tidak diberikan makan. "Empat hari saya tidak diberikan makan dan saya disiksa, disiram dengan air dan ditendang dari kursi lalu dipaksa harus tetap kerja walaupun saya sudah sekarat. Saya tidak bisa bekerja karena kaki dan tangan saya sulit digerakkan," ujar Elvi.

Pihak agency rupanya tidak peduli. Elvi tetap dipaksa bekerja. Saat kritis, Elvi berusaha turun ke lantai bawah mencari bantuan dan minta tolong agency di lantai dasar untuk membawa nya keluar dari lingkungan itu.

"Saya bilang pak bos tolong bawa saya ke hospital karena nafas sisa sedikit," ujarnya.

Namun upaya itu gagal, Pihak agency dari lantai IV malah memaksanya kembali ke lantai IV. "Saya dibentak dan disuruh naik ke lantai atas dan disiksa lagi dan dipaksa kerja," tambahnya.

Elvi pun sudah merencanakan untuk loncat dari lantai IV namun tidak ada kesempatan karena ia kesulitan mengangkat kaki untuk memanjat tembok. Ia hanya bisa tidur-tiduran karena seluruh badan hingga leher sakit dan sulit digerakkan.

Agency pun rupanya terbeban dengan keadaan Elvi. Pihak agency meminta Elvi mengemasi barang-barangnya dan disuruh pulang. Elvi bingung hendak kemana. "Saya diusir dan saya bingung harus kemana," ujar Elvi.

Dalam keadaan tidak berdaya, Elvi dipapah beberapa petugas agency dan diseret ke lantai bawah.

Ia pun dibuang ke hutan di wilayah perbatasan Kalimantan-Malaysia. Saat itu Elvi tidak sadarkan diri. Saat sadar ia berusaha berjalan kaki ke hutan dan melintasi sungai dan kemudian pingsan lagi.

Beruntung ada beberapa anggota TNI menemukan Elvi dan langsung membawanya ke klinik terdekat.

Elvi pun tidak mengetahui persis sehingga dirinya bisa dirawat di rumah sakit dr Soedarso Pontianak hingga bisa ditolong keluarga Flobamora Kalimantan Barat dan bisa pulih kembali.

Elvi masih ingat kalau mereka direkrut oleh perusahaan Paramecia yang khusus untuk pekerja perempuan.

Diakui kalau di perusahaan tersebut banyak PMI asal Medan dan Jawa yang saat ini mengeluhkan untuk pulang karena mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.

Perusahan menuntut para PMI membayar hutang. "Kami sendiri tidak tahu apa hutang kami. Bahkan handphone yang kami beli dari uang kami diambil paksa. Paspor kami tidak melihat bentuk dan wujudnya. Kalau kami minta pulang maka disuruh bayar dulu," tandasnya.

Mereka dipaksa harus bekerja dibawah tekanan dan sering dikasari oleh majikan maupun pihak perusahan.

Yonas Bahan dari BP3MI NTT mengaku kalau BP3MI NTT menjemput PMI Elvi Kun asal TTU yang mengalami penyiksaan dari majikan dan kemudian dipulangkan melalui Sambas dan diselamatkan oleh beberapa anggota TNI dan dibawa ke Pontianak.

Beberapa warga kemudian menghubungi keluarga Flobamora di Pontianak sehingga Elvi mendapatkan bantuan pengobatan difasilitasi BP3MI Kalimantan Barat.

"Kami dapat informasi sehingga jemput Elvi difasilitasi BP3MI Kalimantan Barat," ujarya.

Untuk sementara Elvi dititipkan di rumah perlindungan dan selanjutnya diperiksa Polda NTT untuk mencari tahu pelaku yang merekrut.

Diakui kalau Elvi berangkat bekerja ke Malaysia secara ilegal. "Jalan (secara) ilegal dan mandiri (karena) diajak oleh keluarga," tambahnya.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Ditikam Dengan Pisau, Pemuda di Kupang Harus Jalani Operasi

Ditikam Dengan Pisau, Pemuda di Kupang Harus Jalani Operasi

Bermasalah, Pemkot Kupang Hentikan Sementara Program MBG

Bermasalah, Pemkot Kupang Hentikan Sementara Program MBG

Ditresnarkoba Polda NTT Kembali  Amankan Ratusan Liter Miras Tradisional

Ditresnarkoba Polda NTT Kembali Amankan Ratusan Liter Miras Tradisional

Belasan Siswa Sekolah Dasar di Kota Kupang Keracunan MBG, Walikota Kupang Tunggu Diagnosa Dokter

Belasan Siswa Sekolah Dasar di Kota Kupang Keracunan MBG, Walikota Kupang Tunggu Diagnosa Dokter

Belasan Siswa SD Inpres Liliba-Kupang Keracunan Usai Konsumsi MBG

Belasan Siswa SD Inpres Liliba-Kupang Keracunan Usai Konsumsi MBG

Kasus Pencabulan Lansia di Lembata Naik Sidik, Polisi Segera Tahan Tersangka

Kasus Pencabulan Lansia di Lembata Naik Sidik, Polisi Segera Tahan Tersangka

Komentar
Berita Terbaru