Diantar ke Rutan Kupang, Fani Menangis Saat Diborgol dan Dipakaikan Baju Tahanan
digtara.com -SHDR alias Stefani alias Fani, tersangka dalam kasus pencabulan mantan Kapolres Ngada, AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja diserahkan di Kejari Kota Kupang pada Kamis (12/6/2025) pukul 10.59 Wita.
Baca Juga:
- 16 Kali Sidang Bergulir, Ini Sejumlah Fakta Persidangan Akhir Kasus Kekerasan Seksual Anak Dibawah Umur Oleh Mantan Kapolres Ngada
- Diputus 19 Tahun Penjara dan Denda Lima Miliar, Mantan Kapolres Ngada Masih Pikir-Pikir
- Dituntut 12 Tahun, Mahasiswi Penyedia Anak Untuk Mantan Kapolres Ngada Dihukum 11 Tahun Penjara
Fani diantar menggunakan mobil minibus Toyota Hiace Premio nomor polisi DH 1810 CH milik Direskrimum Polda NTT, yang sebelumnya digunakan untuk mengantar mantan Kapolres Ngada AKBP Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja.
Saat masuk dalam ruangan jaksa untuk diteliti berkas dan bersama barang bukti, Fani didampingi kuasa hukumnya Melzon Beri dari Perkumpulan Bantuan Hukum Kencana Sakti NTT.
Usai diperiksa sekitar satu jam, Fani dikenakan baju tahanan dan diborgol.
Fani juga terlihat mengusap airmatanya berulang kali sehingga dibujuk oleh penyidik untuk segera keluar untuk dibawa ke Rutan Kelas IIB Kupang.
Kuasa hukum Melzon Beri mengatakan, saat mendampingi di dalam ruangan jaksa, Fani mengakui semua perbuatannya. Bahkan semua keterangannya di BAP sudah dibenarkannya.
"Klien kami hanya mengenal nama AKBP Fajar sebagai Fandi dan merupakan seorang anggota Polri. Bahkan klien kami tidak mengetahui pangkat dan jabatannya saat bertemu," ungkapnya.
Menurut Melzon Beri, Fani sebelumnya merupakan mahasiswa semester empat salah satu kampus negeri di Kota Kupang.
"Sudah mau semester lima dan hampir selesai karena dia DIII," ujar Melzon Beri.
Pertemuan antara Fani dan AKBP Fajar difasilitasi oleh seorang perempuan yang namanya tertuang dalam BAP.
"Semoga perempuan itu terungkap dalam persidangan nanti," tambahnya.
Tersangka Fani dijerat dengan beberapa alternatif pasal yaitu, pasal 81 Ayat (2) UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang,
Ancaman pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000.
Fani juga dijerat pasal 82 ayat (1) Jo pasal 76 e Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang,
Ancaman pidana penjara paling singkat lima tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000.
Selain itu Fani juga dijerat pasal pasal 6 huruf c Undang-undang Nomor 12 tahun 2022 tentang kekerasan seksual.
16 Kali Sidang Bergulir, Ini Sejumlah Fakta Persidangan Akhir Kasus Kekerasan Seksual Anak Dibawah Umur Oleh Mantan Kapolres Ngada
Diputus 19 Tahun Penjara dan Denda Lima Miliar, Mantan Kapolres Ngada Masih Pikir-Pikir
Dituntut 12 Tahun, Mahasiswi Penyedia Anak Untuk Mantan Kapolres Ngada Dihukum 11 Tahun Penjara
Ketua PN Kupang Pastikan Mantan Kapolres Ngada Diberi Putusan Maksimal
Jelang Pembacaan Putusan Mantan Kapolres Ngada, Elemen Masyarakat Sipil di Kupang Gelar Aksi Damai di PN Kupang