Lima Kabupaten di NTT Terbanyak Konflik dengan Buaya dalam Enam Tahun Terakhir

digtara.com - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT) mencatat dalam kurang waktu enam tahun ini terjadi sejumlah konflik buaya dengan masyarakat di wilayah NTT.
Baca Juga:
"Dalam enam tahun terakhir sejak tahun 2019 hingga awal tahun 2025, catatan BBKSDA NTT korban konflik buaya di Provinsi NTT telah mengakibatkan jatuhnya korban," ujar Kepala Balai Besar KSDA NTT, Arief Mahmud dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (25/2/2025).
Dari 59 korban konflik ini, 31 orang meninggal dunia dan 28 orang mengalami luka hingga cacat.
Disebutkan bahwa korban terbanyak berada di lima kabupaten yakni: Kabupaten Kupang 18 orang, disusul Malaka sembilan orang, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur masing-masing tujuh orang serta Kabupaten Lembata enam orang.
Selain itu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) lima orang korban, Belu dan Rote Ndao masing-masing dua orang korban serta Ende, Sikka dan Kota Kupang masing-masing satu orang korban.
Arief Mahmud juga menyebutkan aktivitas saat terjadinya serangan buaya pada manusia berturut-turut yakni saat korban sedang menangkap ikan dengan jaring/pukat, memancing ikan, memanah ikan serta mandi/mencuci dan mengambil air di sungai.
Selain itu korban juga diserang buaya saat memasang bubu, mencuci kaki setelah memancing, menangkap ikan di tambak, mengambil rumput laut, mencari kepiting, memotong pohon bakau, bermain di pantai, mencuci sepeda motor di muara, mencari teripang dan saat mencari korban yang dimangsa buaya.
Pada awal tahun 2025, Balai Besar KSDA NTT telah menerima setidaknya 5 laporan munculnya buaya yang berpotensi mengakibatkan konflik dan korban di kedua belah pihak.
Dihimbau kepada seluruh masyarakat bahwa pada musim hujan di mana air sungai meluap telah membuka kesempatan buaya memasuki sungai ke arah daratan/ hulu.
"Hal tersebut perlu diwaspadai terutama bagi masyarakat yang lebih banyak beraktivitas di perairan sungai maupun perairan dekat muara," ujarnya.
Masyarakat perlu mewaspadai beberapa hal antara lain hindari untuk beraktivitas pada lokasi-lokasi yang selama ini sudah diketahui merupakan tempat hidup buaya, sudah dipasang papan peringatan hati-hati buaya.
"Jika terpaksa harus melakukan aktivitas mandi mencuci di sungai, usahakan membangun pagar di pinggir sungai untuk mencegah buaya mendekat karena upaya ini berhasil dilakukan di Afrika dan beberapa negara lain," tandasnya.
Selain itu, masyarakat yang selama ini bekerja sebagai nelayan, agar lebih berhati-hati terutama yang melakukan penangkapan dengan pukat, tercatat sebagai korban tertinggi.
"Jika Anda merupakan pemancing atau wisatawan, bertanyalah kepada masyarakat setempat terkait keamanan lokasi," tambah Arief Mahmud.
Masyarakat juga diingatkan menghindari untuk turun pada perairan yang tidak diketahui ada atau tidak ada buaya. "Saat berperahu, hindari menurunkan anggota tubuh ke perairan;," pesannya.
Selain itu, masyarakat diminta melapor kepada pemerintah atau kepolisian setempat saat melihat buaya pada area publik.
"Masyarakat dapat menghubungi BBKSDA NTT pada Nomor Call Center : +6281138104999 atau Instagram: @bbksda_ntt," ujarnya.

Jelang Hari Bhayangkara Ke-79, Polda NTT Layani Kesehatan Ojek Online

Wakapolda NTT Sambangi Panti Asuhan Bhakti Luhur Ende

Jalin Sinergi Jaga Kamtibmas, Wakapolda NTT Silaturahmi ke Keuskupan Agung Ende

Warga di Sikka-NTT Terpaksa Dievakuasi Akibat Meluapnya Kali Pasca Hujan

Wakapolda NTT Lanjut Asistensi Jajaran Polres Daratan Flores Di Ende
