Aparat Desa di Kabupaten Nagekeo-NTT Hilang saat Mencari Ikan di Pantai

digtara.com - Thomas Alfa Edison Iwa (38), aparat desa yang menjabat sebagai Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, NTT hilang saat melaut pada Minggu (21/4/2024).
Baca Juga:
Ia mencari ikan menggunakan panah tradisional di Watu Wegu, kawasan pantai Enagera, Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo.
Upaya pencarian terhadap korban yang juga warga Maukeo, Dusun I, Desa Wolotelu, Kecamatan Mauponggo sudah dilakukan.
Hingga Selasa (23/4/2024) pagi, korban belum juga ditemukan.
Kapolsek Mauponggo, Iptu Yakobus K. Sanam, SH saat dikonfirmasi Selasa (23/4/2024) membenarkan kejadian ini.
"Sejak Senin kemarin hingga saat ini kami masih di pantai dan lagi mencari korban," tandasnya.
Pasca mendapat informasi dari Sertu Yohanes Iwa yang juga Danposramil Keo Tengah pada Minggu (21/4/204) malam, Kapolsek Mauponggo memerintahkan anggota Polsek Mauponggo untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.
"Setelah dikonfirmasi, ternyata benar telah terjadi hilang kontak dengan korban saat menangkap ikan bersama 2 rekan lainnya," ujarnya.
Korban menangkap ikan dengan panah tradisional bersama Siding Jalla Wabang (27) Wabang dan Silvester Pangu (38) di Watu Wegu.
Silvester Pangu mengaku kalau pada Minggu malam, ia dibangunkan oleh Siding Jalla Wabang.
Padahal saat itu Silvester hendak beristirahat karena cuaca yang kurang bersahabat.
Kepada Siding, Silvester mengaku diminta korban mengajak mereka untuk pergi menangkap ikan bersama korban.
Karena merasa tidak enak hati maka Silvester pun mengiyakan sambil menunggu korban yang menurut Siding Jalla lagi ke pantai Enagera untuk mengecek gelombang.
Korban bersama Silvester dan Siding menuju Watu Wegu kawasan Pantai Enagera guna menangkap ikan menggunakan panah tradisional.
Korban dan Siding menggunakan panah. Sedangkan Silvester bertugas sebagai pengumpul ikan hasil tangkapan korban dan Siding
Saat itu jarak antara ketiganya kurang lebih 3 meter.
Saat itu Silvester berada di posisi tengah antara korban dan Siding karena bertugas sebagai pengumpul ikan hasil tangkapan.
Silvester juga menginformasikan bahwa korban mendapatkan ikan terlebih dahulu sehingga Silvester pun pergi mengambil hasil tangkapan yang ditangkap korban.
Selang beberapa waktu, Siding juga mendapatkan hasil tangkapan dan memanggil Silvester untuk mengambil hasil tangkapannya.
Sebelum mengambil hasil tangkapan dari Siding, baik Silvester maupun Siding masih sempat melihat korban menyalakan senter menuju darat di sekitar bebatuan pinggir pantai.
Korban kemudian lanjut mengambil ikan hasil tangkapan Siding untuk dimasukkan ke dalam karung penampungan yang dipegang Silvester.
Saat itu Silvester dan Siding tidak lagi melihat korban dan nyala senter milik korban.
Keduanya saling mempertanyakan keberadaan korban namun belum merasa curiga karena mereka menganggap kalau korban sedang menyelam untuk mencari ikan.
Siding pun ikut menyelam. Namun sampai saat Siding keluar dari dalam air untuk menghirup napas, Silvester dan Siding tetap tidak melihat korban.
Mereka mulai curiga kemungkinan korban terbawa arus.
Keduanya mencari korban menggunakan senter dan memanggil nama korban namun tidak mendapatkan jawaban.
Silvester dan Siding berusaha menepi ke pinggir pantai untuk memberitahukan kejadian tersebut pada keluarga.
Namun karena ombak yang besar sehingga Silvester dan Siding merubah haluan untuk menepi.
Sebelum mencapai bibir pantai, keduanya menemukan sepatu tenang (sepatu katak) milik korban yang terapung.
Mereka lalu mengambil sepatu tersebut untuk dibawa pulang dan memberitahukan kepada keluarga.
Kerabat korban bersama dengan masyarakat kemudian mencari korban hingga pukul 02.00 wita dengan menggunakan alat seadanya
Siding membenarkan adanya kejadian tersebut.
Ia mengaku diajak korban untuk pergi menangkap ikan.
Karena tidak bisa menolak ajakan korban maka Siding pun ikut pergi bersama-sama dengan korban.
Korban bersama Siding kemudian ke Kampung Maukeo, Desa Wolotelu.
Saat tiba di cabang pantai Enagera, korban berbelok dan sempat memarahi Siding.
Korban pun pamit hendak mengecek gelombang.
Setelah beberapa saat menangkap ikan, korban melanjutkan menyelam.
Kapolsek Mauponggo bersama anggota berkoordinasi dengan pemerintah desa, keluarga korban dan menghubungi BPBD Kabupaten Nagekeo untuk mencari korban.
Tim bersepakat bahwa akan terus melakukan pencarian dengan memberdayakan semua kemampuan baik oleh keluarga maupun pemerintah selama 7 hari kedepan dengan harapan dapat menemukan korban.
Kapolsek Mauponggo Iptu Yakobus K. Sanam bersama-sama warga masyarakat Desa Wolotelu mencari korban sejak Minggu malam.
Dalam dua hari pencarian, mereka belum menemukan korban.
"Pencarian sementara dilakukan namun belum menemukan keberadaan korban," tambah Kapolsek.
Saat pencarian di hari Senin sekira pukul 07.00 wita, tim menemukan perlengkapan penangkapan ikan milik korban berupa panah dan pemberat yang digunakan korban berupa ikat pinggang yang digantung dengan timah sebagai pemberatnya.
Barang bukti ini ditemukan tidak jauh lokasi korban hilang.
Istri korban, Elfrida Deka (31) baru mengetahui suaminya hilang pada Minggu tengah malam dari kerabatnya Abdul Rahman Ndao yang menyampaikan di kediamannya di Aekela, Desa Lokalaba karena istri korban berada di perumahan guru di Aekela Desa Lokalaba.
Korban pamit kepada istri sekitar pukul 18.00 wita untuk pergi mengerjakan laporan di kantor Desa Wolotelu, persiapan SPJ dan pemeriksaan oleh inspektorat karena korban merupakan perangkat Desa Wolotelu sebagai Kaur Pembangunan di Desa Wolotelu.

Dua Pelaku Persetubuhan Anak Dibawah Umur di Malaka Menyerahkan Diri, Empat Pelaku Masih Dicari

Tragis! Siswi SMA di Malaka-NTT Disetubuhi Belasan Pria, Dua Diantaranya Anak Dibawah Umur

Satlantas Polresta Kupang Kota Amankan Puluhan Kendaraan Saat Operasi Patuh Turangga 2025

Cek Kesiapan Dapur SPPG, Kapolda NTT-Tim Itwasum Polri Berkunjung ke SPN Polda NTT

Kasus Pembunuhan di Alak-Kota Kupang Dilimpahkan ke JPU
