Tahun Depan 15,6 Juta Keluarga Miskin Terima Bantuan Sembako Senilai Rp.150 Ribu Perbulan
digtara.com | JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menganggarkan dana senilai Rp.28,1 triliun untuk bantuan pangan non tunai (BPNT) kepada masyarakat tahun 2020 lewat program Kartu Sembako Murah. Anggaran itu cukup untuk mengakomodir 15,6 juta keluarga miskin.
Baca Juga:
Direktur Jenderal Anggaran pada Kementerian Keuangan, Askolani, mengatakan dengan anggaran itu, nantinya setiap keluarga miskin akan memperoleh bantuan sebanyak Rp150 rbu perbulan. Jumlah itu naik dari sebelumnya yang hanya sebesar Rp110.000 per keluarga.
“BPNT dievaluasi, kembali diperkuat dalam bentuk kartu sembako. Perubahannya per bulan ditingkatkan dari Rp110.000 menjadi Rp150.000 ini menjadi nendang,” ujar Askolani dalam acara bincang santai di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Tak hanya dari sisi nominal saja, pemerintah juga memperluas komoditas yang dapat dibeli oleh masyarakat menggunakan kartu sembako tersebut. Namun Askolani masih belum bisa menyebutkan komoditas apa yang nantinya bisa dibeli oleh pemegang kartu tersebut.
“Dulu hanya beras, sekarang diperbanyak oleh Kemensos apakah minyak atau yang lain. Namanya kartu sembako. Ini tentunya awal untuk perbaikan pemanfaatan, perluasan dari kebijakan ini tentunya dengan didukung oleh pelaksanaan kebijakan yang sudah ada,” jelasnya seperti dilansir Okezone.
Askolani berharap adanya penambahan bantuan dan perluasan komoditas yang dapat diperoleh masyarakat, jumlah masyarakat miskin di Indonesia bisa tekan. Saat ini angka kemiskinan Indonesia berada di angka single digit atau di kisaran 9%.
Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan angka kemiskinan dan ketimpangan bisa turun lagi Selain itu, pemberian bantuan ini juga diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
“Bansos ini diberikan tetap untuk masyarakat menengah ke bawah, membantu orang miskin bisa sekolah, menuju puskesmas. Maka manfaatnya adalah satu mengurangi orang miskin, menjaga dan meningkatkan daya beli. Sehingga konsumsi RT tetap sebagai pendukung ekonomi ke depan,” jelasnya.
[AS]