Kasat Reskrim Polres TTS, Iptu Hendrick Bahtera kepada wartawan, Rabu (20/1/2021) mengakui kalau kasus ini diduga terkait dengan permasalahan keluarga.
Korban MS hendak pergi meninggalkan ayahnya itu. Tapi YS,sang ayah, tidak terima sehingga membunuh korban.
“Setelah korban MS meninggal, barulah korban YS menggantung dirinya pada pohon asam,” ungkap Kasat Reskrim Polres TTS.
Dugaan ini dikuatkan dengan keberadaan pakaian milik korban MS yang telah dimasukan dalam karung yang ditemukan di bawah pohon asam tempat YS gantung diri.
Selain itu pada tas milik YS ditemukan pisau yang terdapat darah dan diduga kuat adalah darah milik korban.
Juga terdapat bercak darah pada baju milik YS.
Keluarga korban menerima kematian korban sebagai musibah dan menolak dilakukan otopsi jenazah.
Menurut keluarga, YS mengalami gangguan jiwa sehingga setiap kali marah, ia sering memakai pisau atau parang untuk mengancam istri maupun anak-anaknya.
Namun polisi tetap memeriksa saksi-saksi dan melakukan olah tempat kejadian perkara serta mengamankan barang bukti.