Ancaman Malware USB Meningkat pada 2025: 50 Juta Serangan Terdeteksi di Asia Tenggara, Singapura Tertinggi

digtara.com - Ancaman siber melalui perangkat penyimpanan portabel seperti USB drive dan hard drive eksternal menunjukkan tren peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga:
Meskipun banyak perusahaan kini lebih fokus memperkuat keamanan jaringan daring mereka, serangan yang berasal dari perangkat offline justru berkembang lebih pesat dan kompleks.
Menurut laporan terbaru dari Kaspersky, perusahaan keamanan siber global, sepanjang tahun 2024 mereka mendeteksi dan memblokir hampir 50 juta serangan malware yang menyasar perangkat penyimpanan fisik di wilayah Asia Tenggara.
Malware Menyerang dari Arah Tak Terduga
Berbeda dengan serangan siber tradisional yang memanfaatkan internet sebagai jalur distribusi utama, serangan berbasis perangkat fisik sering kali mengeksploitasi kepercayaan pengguna terhadap media penyimpanan portabel yang dianggap lebih aman.
Dalam banyak kasus, malware disisipkan melalui USB drive yang kemudian secara otomatis menginfeksi sistem begitu perangkat tersebut terhubung.
Serangan ini juga memanfaatkan teknik penyebaran seperti USB worm, yang dapat menggandakan diri ke perangkat lain setiap kali USB yang terinfeksi dipasang ke komputer baru.
Kaspersky bahkan mengungkapkan temuan serius: pada akhir 2024, sebuah USB drive yang dirancang untuk keperluan pengamanan oleh lembaga pemerintah di Asia Tenggara terdeteksi mengandung malware.
Kode berbahaya tersebut menyusup ke dalam perangkat lunak manajemen akses, memungkinkan pencurian data sensitif dari partisi yang seharusnya aman. Lebih jauh lagi, malware ini menyebar ke perangkat lain, meningkatkan skala ancaman secara eksponensial.
Lonjakan Serangan di Seluruh Kawasan
Total serangan malware offline yang berhasil diblokir di Asia Tenggara pada 2024 mencapai lebih dari 49 juta, meningkat sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya yang mencatat 43 juta insiden.
Berikut rincian peningkatan di beberapa negara:
Singapura: naik 88% (lonjakan tertinggi)
Malaysia: naik 47%
Vietnam: naik 25%
Thailand: naik 20%
Filipina: naik 16%
Indonesia: turun 3%
Penurunan di Indonesia menjadi pengecualian yang patut dicermati, meski tidak serta-merta menunjukkan penurunan risiko secara keseluruhan.
Peringatan dari Kaspersky
Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky untuk Asia Tenggara, mengimbau organisasi di kawasan ini untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan berbasis perangkat fisik.
"Dengan meningkatnya insiden serangan siber melalui perangkat offline, organisasi harus tetap waspada dan proaktif. Penting bagi setiap perusahaan untuk memahami risiko yang ada dan segera menerapkan pertahanan yang lebih kuat guna melindungi data serta aset digital mereka," ujarnya dalam pernyataan resmi, Jumat (2/5/2025).
Ancaman malware yang datang dari media penyimpanan portabel bukan sekadar risiko teknis, tetapi juga celah serius dalam pertahanan keamanan data.
Di tengah kemajuan teknologi, kewaspadaan terhadap perangkat sederhana seperti USB tetap menjadi bagian penting dari strategi keamanan siber modern.

Muncul Link Video Izza Blunder Usai Viral Andini Permata, Waspadai Bahaya Malware dan Fitnah Digital

Inilah Penampakan Motor Honda Rp17 Jutaan, Dibekali Fitur Mewah Ala PCX

Kaspersky Ungkap Cara Perusahaan Antisipasi Serangan Siber di Masa Depan, Begini Caranya

Polri Teliti Strategi Pengembangan SDM Polisi Siber di Polda NTT

Hasil Studi Cloudflare: Mencengangkan! 70 Persen Responden di Indonesia Kena Serangan Internet
