Agar Sambal Teri Awet Hingga 6 Bulan, Ini Rahasianya

digtara.com – Tidak sulit untuk menjadi pengusaha. Dengan modal ilmu dan ketekunan,hal hal sederhana sekalipun bisa mendatangkan rupiah.

Baca Juga:

• Pertamina Patra Niaga Dukung Pengembangan Ekonomi dan UMKM
• BRI Salurkan KUR Rp54,9 Triliun untuk Dorong Pertumbuhan UMKM
• Pertamina UMK Academy, 221 UMKM Wilayah Sumbagut Siap Naik Kelas

Hal ini dialami Rini Angriani (49), pemilik Assa Snack. Dirinya tidak menyangka sambal teri yang pernah dibuatnya untuk kerabatnya yang pergi menunaikan ibadah haji menjadi cikal bakal dirinya menjadi pengusaha sambal teri dan makanan ringan lainnya.

“Pulang dari ibadah haji kerabat saya mengabarkan dengan gembiranya bahwa sambal teri buatan saya tahan lama, dan hal itu sangat membantunya memenuhi konsumsi ketika berada di Makkah,” kisah wanita yang akrab disapa Bu Rin kepada digtara.com disela acara Pameran UMKM yang berlangsung di Manhattan Times Square Mall Medan Rabu (7/4/2001).

Suport dari para kerabat membuat Rini bersemangat menjalankan usaha. Tahun 2015 dengan modal Rp 2 Juta Rini Angriani bersama kakak dan adiknya bekerja sama, memutuskan untuk menekuni usaha sambal teri yang kemudian diberi nama usaha Assa Snack.

Dari usaha sambal teri, menyusul kemudian tempeyek kacang hijau, rempeyek kacang tanah dan aneka kue kering. Saat hari besar seperti lebaran dan tahun baru, Assa Snack panen besar. Sambal teri menjadi ciri khas Assa Snack yang rumah produksinya berada di kediamannya Komplek TPI Blok H No 6, Pasar 11 Ringroad, Medan.

Baca: Soft Launching Kesawan City Walk, Bobby: Kuliner Dibalut Sejarah Akan Tambah Nilai Makanan

“Sambalnya tahan 6 bulan. Tetap garing,” akunya. Salah satu resep awetnya adalah teri yang dimasak dengan bumbu yang kering dan tidak menggunakan bawang merah.

Dalam bisnis tiga saudara ini, masing masing punya tugas pokok. Rini berperan di bagian produksi sementara kakaknya sebagai pihak pendana dan pemasaran. Belakangan karena sang kakak dan adik yang terlalu sibuk dengan pekerjaan masing masing, akhirnya usaha ditekuni oleh dirinya sendiri.

Kini dalam perminggu ia memproduksi 7 hingga 10 kilo sambal teri. Begitu juga dengan rempeyek kacang hijau. Selain penjualan langsung, produknya dititip di beberapa toko oleh oleh di kota Medan. Saat pandemi ia mengakui usahanya ikut merosot.

“Sekarang sudah mulai menggeliat lagi. Apalagi ke depan menuju lebaran.omset biasanya melejit. Tapi tetap saja tidak bisa kita berharap seperti tahun tahun lalu,” akunya.

Dalam meluaskan jaringan dan relasi, wanita ini mengakui sangat me ngandalkan acara bazar. “Kami para UKM sangat terbantu dalam mempromosikan usaha kami, meluaskan pemasaran produk. Kalau kami membuat bazar sendiri sudah pasti kewalahan karena dana kami yang minim ”ungkapnya seraya mengatakan sangat menyambut baik digelarnya pameran sebagai salah satu cara membantu usaha para pelaku UKM atau UMKM.

Untuk memantapkan ilmu usaha dan produksi, Bu Rin rajin mengikuti kursus dan pelatihan. Mulai dari penambahan ilmu untuk sumber daya dalam produksi maupun juga manajemen keuangan.

Agar Sambal Teri Awet Hingga 6 Bulan, Ini Rahasianya