Rupiah Terjungkit Negosiasi Dagang AS-China

digtara.com | JAKARTA – Nilai tukar Rupiah pada penutupan perdagangan Senin 18 Februari 2019 kemarin, tercatat menguat. Di pasar spot, Rupiah menguat 0,33% ke Rp 14.107 per dollar AS. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat tipis 0,07% menjadi Rp 14.106 per dollar AS.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Tren penguatan nilai tukar Rupiah di pekan ketiga Februari 2019 ini, disinyalir terjadi akibat optimisme pelaku pasar atas negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China, yang membuat nilai tukar dollar Amerika Serikat mengalami pelemahan.

Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, sebagian besar mata uang kawasan Asia menguat terhadap dollar AS. Selain faktor hubungan dagang antara AS dan China, ada sentimen lain yang membuat penguatan dollar AS terhenti.

Dollar AS juga tertekan pernyataan dovish pejabat The Fed yang menyatakan suku bunga tidak naik sama sekali karena merespons data penjualan ritel dan produksi industri AS yang negatif. Sementara, Perdana Menteri Inggris Theresa May bersiap kembali ke Brussels untuk pembicaraan lebih lanjut dengan para pemimpin Uni Eropa terkait Brexit.

Namun, Faisyal, menurut Analis Monex Investindo Futures, penguatan rupiah terbilang terbatas karena terhambat oleh dua faktor. Pertama defisit data perdagangan Indonesia pada pekan lalu.Kedua, harga minyak global yang sedang naik.

Faisyal memprediksi, Selasa (19/2), rupiah berpeluang ditutup menguat. Alasannya, sentimen positif kemarin masih berpengaruh. Untuk hari ini, rupiah diramal bergerak di kisaran Rp 14.025-Rp 14.150 per dollar AS.

Sementara itu, Josua memperkirakan, data ekonomi China masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Karena itu, hari ini rupiah berpeluang bergerak menguat dengan kisaran Rp 14.050-Rp 14.150.

Demikian seperti dilansir Kontan.

[KON/AS]