Konter Framing Negatif Pesantren, Gus Yusuf Ajak Santri Jadi Pejihad Media

"Kalau dulu jihad dengan pedang atau senjata, saat ini gadget bisa digunakan sebagai alat untuk menegaskan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah," ujar Gus Yusuf sapaan akrab KH M Yusuf Chudlori saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Bincang Media Santri "Membangun Peran Santri dalam Era Dunia Digital" yang digelar oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) Jawa Tengah di rumah dinas Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Sarif Abdillah di Semarang Tengah, Kota Semarang, Selasa (21/10/2025).
Baca Juga:
Gus Yusuf menegaskan santri harus selalu menjadi benteng bagi pesantren dan kiai yang selama ini memuliakan ilmu. Menurut Gus Yusuf, tayangan dalam sebuah stasiun televisi belum lama ini sudah mengarah kepada sebuah framing negatif.
"Memang kita harus terus menjelaskan tanpa henti, karena itu butuh pejihad-pejihad media," jelas Gus Yusuf.
Gus Yusuf mengakui untuk menjelaskan kepada yang belum paham pesantren masih bisa dipahamkan. Namun kepada pihak yang tidak suka pesantren butuh kerja keras.
"Karena untuk menjelaskan kepada yang tidak suka, bisa kita ibaratkan menjelaskan indahnya pelangi kepada orang yang buta," bebernya.
Namun upaya itu, katanya, tak boleh berhenti. Utamanya untuk menangkal framing-framing jahat yang ditujukan kepada pesantren.
"Karena sebuah kebenaran jika diframing bisa akan dianggap sebagai sebuah kesalahan, begitu pula sebaliknya," jelasnya.
Gus Yusuf mengakui, pesantren tetap butuh kritik, seperti meningkatkan kebersihan dan kesehatan.
"Tapi kemudian ada tayangan di televisi dengan gambar simbah War (KH Anwar Manshur pengasuh Ponpes Lirboyo), dan diframing bahwa gara-gara terima amplop kiai menjadi kaya raya, maka kita harus jelaskan tanpa henti," tegasnya.
Gus Yusuf menambahkan saat dirinya nyantri di Lirboyo Kediri Jawa Timur sekira tahun 1985, Kiai Anwar sering dia lihat menjemur gabah setelah mengaji. Kemudian mengurusi pabrik tahu dan es batu.
"Minggu lalu saya sowan, rumahnya juga tidak berubah. Mbah War sudah selesai dengan urusan keduniaan," terangnya.
Atas dasar itu, jelas Gus Yusuf, tayangan itu membuat para santri marah besar.
"Lalu ada soal kerja santri yang kalau di pesantren dikenal dengan roan. Itu bukan kerja paksa tapi tabarukan mencari berkah," terangnya.
Saat roan, seperti dirinya pernah lakukan, santri selalu menyambut dengan gembira. Karena sudah pasti kegiatan mengaji libur dan mendapatkan makanan bergizi.
"Roan itu juga tidak setiap hari, bisa hanya sebulan sekali," katanya.
Tradisi roan, jelas Gus Yusuf, juga mendidik santri agar tidak jumud atau statis. Bahkan menjadi sebuah inspirasi.
"Bahwa santri melihat sawahnya kiai, melihat usaha kiainya, maka setelah selesai mondok kita juga setidaknya meniru berbagai usaha yang dilakukan kiai itu," paparnya.
Roan juga memunculkan sikap kepedulian bersama, dan tanggap lingkungan.
"Mosok santri hanya tengak tenguk saja di kamar saat ada kerja bakti," tandasnya.
Sementara itu, koordinator bidang media RMI PWNU Jawa Tengah, Ahmad Fahrurrozi menuturkan kegiatan kegiatan bincang media santri dan dilanjut pelatihan media santri ini dilaksanakan untuk menyemarakkan hari santri nasional (HSN) 2025. Kegiatan kali ini diikuti oleh santri pondok pesantren di Semarang Raya dan perwakilan media RMI NU Se-Jawa Tengah dengan total peserta 65 santri.
"Ini (pelatihan media santri, red) untuk wilayah Semarang Raya sebagai muqaddimah (pembuka), nanti akan berlanjut di 5 karasidenan lain di Jawa Tengah, dan Pak Sarif (Wakil Ketua DPRD Jateng) siap membersamai kita," akunya
Fahrur melanjutkan, dari pelatihan ini, santri diharapkan melek media, mampu memaksimalkan peran media untuk citra positif pesantren.
"Belum lama ini ada framing negatif terhadap pesantren. Maka dari situ, santri-santri bisa membuat konten positif tentang pesantren untuk disampaikan kepada masyarakat luas," pungkasnya. (San).

Senator Abdul Kholik: KPI Harus Segera Ambil Tindakan Supaya Tidak Ada Kegaduhan

Sarif Abdillah: Tanyangan Trans7 Tidak Hanya Melanggar Prinsip Penyiaran, Tetapi juga Melecehkan Pesantren dan Tokoh-tokohnya

Ratusan Santri Alumni Lirboyo Geruduk KPID Jateng, Tuntut Sanksi Berat dan Boikot Trans7

Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah Dukung Penuh Langkah PBNU dalam Merespon Pemberitaan Trans7 yang Dinilai Mencoreng Martabat Pesantren

Tanyangan Trans7 Dinilai Lecehkan Dunia Pesantren, Agus TR Serukan Boikot dan Minta Tabayyun
