Saat Musim Kemarau, 8 Provinsi di Indonesia Terancam Kekeringan

JAKARTA – Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus-September 2019 mendatang. Akibat dari perubahan iklim itu, delapan provinsi di Indonesia diperkirakan akan mengalami kekeringan.
Baca Juga:
Menurut Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Nasrullah menjelaskan, delapan daerah itu ialah Banten (Kab. Tangerang), Jawa Barat (seluruh wilayah), Yogyakarta (seluruh wilayah), Jawa Timur (Kab. Malang), Bali (Kab. Buleleng), NTB (seluruh wilayah), NTT (Kab. Lembata, Kota Belu, dan Kupang) dan Papua (Kab. Jayapura).
Dia menjelaskan, kekeringan di sana disebabkan berkurangnya curah hujan dan musim kemarau yang panjang atau biasa disebut kekeringan meteorologis. Berdasarkan pengamatannya, seluruh wilayah itu sudah tidak pernah diguyur hujan selama 30 hari.
“Data permukaan hari tanpa hujan di dapatkan dari sekitar 6000-an pos pengukuran hujan di seluruh Indonesia,” kata Nasrullah kepada Okezone, beberapa waktu lalu.
Meski kini sudah memasuki musim kemarau, kata dia, beberapa wilayah di Indonesia masih berpotensi diterpa hujan, seperti di Jawa Timur, Bali, dan NTB karena aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) bertahan cukup lama, sehingga berperan meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Tanah Air.
“Di Juni dasarian kedua, gelombang atmosfer MJO bertahan cukup lama,” ujarnya.
Dia menegaskan sdapun jangka waktu masa musim kemarau dapat berlangsung hingga Oktober 2019 mendatang. Ia memprediksi nantinya beberapa wilayah di Indonesia bagian barat akan mulai memasuki musim hujan terlebih dahulu. Namun, saat ini dirinya belum bisa menjelaskan secara detail ihwal daerah mana saja.
“(Nanti) BMKG akan secara resmi merilis prakiraan musim,” kata dia.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto mengklaim pihaknya bersama petugas penyuluh pertanian dari Kementerian Pertanian (Kementan) selalu turun ke lapangan memberikan informasi dan dan edukasi peringatan dini datangnya kekeringan kepada para petani.
Ia mengaku sudah banyak kelompok tani mendapatkan pelatihan soal pemahaman informasi iklim yang teraplikasi pada pertanian dalam program Sekolah Lapang Iklim (SLI) BMKG-Kementan.
“Program SLI sudah mulai dari 2011. Sekarang sudah 7000an petani atau kelompok tani alumni SLI,” katanya.[oke]

Ancam Bakar Kantor DPRD Melalui Medsos, Petani di Sikka-NTT Ditangkap Polisi

Petani di Sikka-NTT Hilang Saat Memancing

Usai Bertengkar Dengan Istri, Petani di Sumba Timur Ditemukan Tewas Gantung Diri

Luncurkan Teknologi Herbisida Selektif Padi Terbaru: Syngenta Indonesia Dukung Petani Wujudkan Awal Hamparan Kebaikan

Setubuhi Remaja Putri Dibawah Umur, Petani di Ngada-NTT Diamankan Polisi
