Harga Bitcoin Catat Rekor Tertinggi: Apakah Aset Kripto Layak untuk Investasi?

digtara.com - Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi baru, melampaui level USD 80.000 atau setara dengan lebih dari Rp1,2 miliar per koin (kurs Rp15.000 per USD).
Baca Juga:
Lonjakan ini memicu euforia di kalangan investor, sekaligus perdebatan di tengah masyarakat: apakah aset kripto seperti Bitcoin layak disebut sebagai instrumen investasi jangka panjang atau hanya sekadar alat spekulasi?
Lonjakan harga Bitcoin tahun ini didorong oleh berbagai faktor, seperti meningkatnya adopsi institusional, peluncuran Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin spot di berbagai negara, serta sentimen positif terhadap teknologi blockchain secara umum.
Tidak sedikit investor besar seperti BlackRock, Fidelity, dan perusahaan teknologi besar lainnya yang mulai memasukkan aset kripto dalam portofolio mereka.
Prospek Menjanjikan, Tapi Volatilitas Tinggi
Pakar ekonomi dan keuangan digital, Dr. Ratna Wulandari, menyatakan bahwa meskipun kripto menawarkan potensi keuntungan besar, risikonya juga tidak bisa diabaikan.
"Bitcoin dan aset kripto lainnya memiliki nilai karena keterbatasan suplai dan meningkatnya permintaan. Namun, pergerakan harganya sangat fluktuatif, sehingga lebih cocok bagi investor yang siap dengan risiko tinggi," ujarnya.
Volatilitas menjadi kata kunci. Dalam waktu singkat, harga kripto bisa melonjak puluhan persen—atau turun drastis tanpa peringatan. Hal ini membuat banyak pihak menilai kripto masih lebih dekat ke ranah spekulatif dibanding investasi fundamental.
Minat Generasi Muda Terus Meningkat
Di Indonesia, popularitas kripto justru semakin tinggi di kalangan generasi muda. Berdasarkan data dari Bappebti, jumlah investor aset kripto mencapai lebih dari 20 juta pengguna per Mei 2025, meningkat lebih dari 30% dibandingkan tahun sebelumnya. Aplikasi kripto lokal seperti Indodax, Tokocrypto, dan Pintu mengalami lonjakan aktivitas harian.
"Generasi milenial dan Gen Z cenderung lebih melek teknologi dan berani mengambil risiko," kata Dhani Prasetya, analis pasar kripto.
"Mereka melihat kripto bukan hanya sebagai alat investasi, tetapi juga bagian dari gerakan teknologi masa depan seperti DeFi (Decentralized Finance) dan Web3."
Meski berkembang pesat, tantangan utama di sektor ini adalah kurangnya edukasi dan regulasi yang jelas.
Pemerintah melalui Bappebti dan OJK telah mulai memperketat aturan agar masyarakat tidak terjebak dalam penipuan berkedok investasi kripto.
"Kami terus mendorong pertumbuhan ekosistem aset digital yang aman dan teratur. Namun masyarakat tetap harus bijak, pahami risikonya, dan jangan tergiur iming-iming keuntungan instan," tegas Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko.
Investasi atau Spekulasi? Tergantung Tujuan dan Risiko
Dengan nilai Bitcoin yang terus mencetak rekor, aset kripto tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Namun, apakah itu layak disebut sebagai investasi atau hanya spekulasi, kembali ke bagaimana dan untuk apa seseorang mengalokasikan dananya.
Bagi yang paham risiko, memiliki literasi keuangan yang cukup, dan bisa menahan emosi dalam menghadapi volatilitas pasar, kripto bisa menjadi bagian dari portofolio diversifikasi.
Namun bagi yang hanya tergiur tren tanpa pemahaman mendalam, aset ini bisa menjadi jebakan finansial.
Bitcoin mungkin telah menjadi simbol dari revolusi keuangan digital. Tapi seperti halnya setiap peluang, di balik potensi besar terdapat risiko yang sama besarnya.
Maka, bijaklah sebelum membeli, dan pastikan keputusan keuanganmu bukan sekadar ikut-ikutan tren.

IHSG Hari Ini Berpotensi Fluktuatif, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Senin 13 Oktober 2025

IHSG Hari Ini dan Rekomendasi Saham Pilihan, Kamis 9 Oktober 2025

Rekomendasi Saham dan Arah Pergerakan IHSG Hari Ini, Rabu 8 Oktober 2025

IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah, Saham Prajogo Pangestu Jadi Pendorong Utama

Pergerakan IHSG Hari Ini dan Rekomendasi Saham Senin 6 Oktober 2025
