Bitcoin Menuju 150.000 US Dolar di Akhir 2025: Peluang Nyata atau Sekadar Euforia?

digtara.com -Harga Bitcoin sempat menembus rekor tertinggi di kisaran US$112.000 pada awal Juni 2025.
Baca Juga:
- 7 Rekomendasi Kripto Terbaik untuk Dibeli Sekarang: Momentum Bullish dan Potensi Keuntungan Maksimal
- Harga Bitcoin Catat Rekor Tertinggi: Apakah Aset Kripto Layak untuk Investasi?
- Membanggakan, PMI Kota Semarang Raih Penghargaan ‘Most Popular’ Prize Winner di Ajang Kompetisi Video Internasional IFRC Solferino Academy
Kenaikan ini memicu optimisme pasar bahwa Bitcoin bisa mencapai target ambisius US$150.000 sebelum akhir tahun.
Namun, koreksi cepat ke bawah US$105.000 mulai menguji narasi bullish tersebut.
Risiko Koreksi atau Lanjut Naik?
Melansir Cointelegraph, secara teknikal, grafik harian Bitcoin menunjukkan pola inverse cup-and-handle dengan support kritikal di US$100.800.
Jika level ini jebol, Bitcoin berisiko turun ke kisaran US$91.000, sejalan dengan 200-day EMA, titik pantulan tren jangka panjang.
Indikator RSI yang menurun ke angka 52 memperkuat sinyal tekanan jual.
Jika RSI jatuh di bawah 50, potensi tren bearish makin kuat. Sebaliknya, agar tren naik kembali dominan, harga perlu menembus dan bertahan di atas 20-day EMA sekitar US$105.000.
Fraktal 2021 dan Ancaman Koreksi Tajam
Dalam skala mingguan, pola grafik Bitcoin mulai menyerupai puncak siklus 2021, dengan divergensi bearish antara harga dan RSI.
Pada 2021, pola serupa memicu koreksi hingga 61% ke bawah 200-week EMA. Jika terulang, Bitcoin bisa anjlok ke US$64.000, sekitar 52% dari puncak saat ini.
Trader senior Peter Brandt bahkan memperingatkan potensi koreksi 50–60% akibat pola rising wedge yang mengindikasikan tren parabola Bitcoin mulai rapuh.
"Parabola adalah struktur fragile. Sekali rusak, koreksi besar bisa terjadi," ujarnya.
Sinyal Positif Masih Ada
Meski tekanan jual meningkat, sejumlah analis tetap optimistis.
Analis Tony Severino melihat pola bull flag yang bisa mendorong Bitcoin mencapai US$150.000.
Dari sisi on-chain, peneliti Bitcoin Axel Adler Jr. menyoroti rasio NUPL/MVRV yang mendekati titik breakout, mirip fase impulsif pada 2017 dan 2021.
Peran ETF dan Institusi
Kenaikan Bitcoin turut didorong oleh arus masuk ke ETF Bitcoin spot seperti iShares Bitcoin Trust (IBIT) milik BlackRock, yang mencatat inflow US$430,8 juta dalam satu hari.
Menurut analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ini menjadi sinyal kuatnya minat institusional terhadap Bitcoin, apalagi di tengah prospek pelonggaran suku bunga The Fed pada akhir 2025.
Fyqieh memproyeksikan Bitcoin bisa mencapai US$140.000 dalam skenario dasar, dan menembus US$180.000 jika sentimen pasar menguat.
Pasokan Makin Langka
Laporan Sygnum Bank mencatat pasokan Bitcoin likuid menyusut 30% dalam 18 bulan terakhir, dipicu oleh akumulasi institusi dan ETF.
Glassnode melaporkan sekitar 1 juta BTC ditarik dari bursa sejak akhir 2023.
Di AS, beberapa negara bagian bahkan mempertimbangkan Bitcoin sebagai bagian dari cadangan keuangan.
Ekosistem Kripto Indonesia Tumbuh
Di Indonesia, nilai transaksi kripto mencapai Rp35,61 triliun pada April 2025 dengan 14,16 juta investor.
VP Indodax Antony Kusuma menyebut tren ini sebagai bukti kematangan pasar, seiring meningkatnya diversifikasi aset.

7 Rekomendasi Kripto Terbaik untuk Dibeli Sekarang: Momentum Bullish dan Potensi Keuntungan Maksimal

Harga Bitcoin Catat Rekor Tertinggi: Apakah Aset Kripto Layak untuk Investasi?

Membanggakan, PMI Kota Semarang Raih Penghargaan ‘Most Popular’ Prize Winner di Ajang Kompetisi Video Internasional IFRC Solferino Academy

Unit Donor Darah PMI di Jawa Tengah Telah Terakreditasi

Semangat Hari Donor Darah Sedunia dan Kick off Bulan Dana Kemanusiaan 2025, Hasilkan Darah yang Berkualitas dengan Pola Hidup Sehat
