Akibat Rilis Kinerja Bank, Wall Street Turun Tipis

digtara.com |JAKARTA – Hari ini, penguatan Wall Street hanya bertahan hingga akhir pekan lalu. Di awal pekan ini, indeks saham Amerika Serikat (AS) terkoreksi akibat rilis kinerja sejumlah bank yang mengecewakan.

Baca Juga:

• Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat
• Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS
• Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Senin (15/4), Dow Jones Industrial Average turun 0,10% ke 26.384,77. Indeks S&P 500 turun tipis 0,06% ke level 2.905,58. Nasdaq Composite turun 0,10% ke level 7.976,01.

Harga saham Goldman Sachs turun 3,8% setelah emiten bank ini melaporkan pendapatan kuartal pertama yang lebih rendah daripada prediksi analis. Sementara Citigroup merilis kinerja dengan laba yang lebih tinggi daripada prediksi. Kenaikan laba ini terjadi lewat efisiensi di tengah penurunan pendapatan. Saham Citigroup terkoreksi tipis 0,1%.

“Pekan lalu pasar saham menguat cukup besar, sehingga kabar buruk apapun atau laporan kinerja pekan ini seperti yang terjadi pada Goldman dan Citigroup, akan mengurangi momentum,” kata Joseph Sroka, chief investment officer NovaPoint kepada Reuters.

Saat ini, analis memperkirakan laba emiten penghuni S&P 500 berpotensi turun 2,1% secara year on year pada kuartal pertama. Meski prediksi ini lebih baik daripada prediksi sebelumnya, penurunan laba ini akan menjadi penurunan pertama sejak 2016.

Sroka mengatakan, kinerja emiten akan makin tampak hingga akhir pekan ini. “Seiring rilis kinerja emiten sektor lain, akan terlihat gambaran jelas laba korporasi dan ekonomi AS,” kata dia.

Sejumlah emiten yang akan merilis kinerja pekan ini antara lain Bank of America Co, Morgan Stanley, Netflix Inc, Johnson & Johnson, Textron Inc, Honeywell International Inc, Schlumberger NV dan American Express.

Dari kondisi makro, negosiasi dagang AS-China masih menjadi event utama hingga pekan ini. Sumber Reuters menyebutkan bahwa negosiator AS melonggarkan permintaan agar China mengurangi subsidi sebagai salah satu syarat kesepakatan dagang.