Pajak Ikan Lama Medan, Geliat Bisnis dari Zaman Belanda

digtara.com – Namanya memang Pajak Ikan Lama. Tapi jangan bayangkan ada penjual ikan di sana. Pasar yang dibangun masa kolonial Belanda itu, kini populer sebagai tempat untuk berburu aneka jenis kain dan pakaian.
Baca Juga:
Pajak Ikan Lama memang pantas menjadi salah satu ikon Kota Medan. Tidak saja karena koleksi tekstilnya yang baik, tetapi karena tempat itu memiliki nilai historis tinggi.
Menurut ahli sejarah, Pajak Ikan Lama dibuka tahun 1890 oleh konglomerat Medan keturunan Tionghoa, Tjong A Fie, atas permintaan Pemerintah Belanda. Tempat itu mulanya, menjadi pusat perdagangan ikan, sayur-mayur, dan aneka daging.
Jadi pantas namanya masih melekat ke pasar itu hingga sekarang.
Tapi seiring dengan perkembangan zaman, menyusul putusnya hubungan transportasi nelayan dari Belawan ke Medan karena Sungai Deli tak mungkin lagi dilayari, Pasar Ikan Lama akhirnya berubah fungsi.
Pada tahun 1933, Pemerintah Belanda kembali membangun pasar yang lebih besar dan modern. Pasar yang kini dikenal orang sebagai Pusat Pasar Medan itu berada sekitar satu kilometer dari Pajak Ikan.
Setelah pembangunan Pusat Pasar selesai, berangsur-angsur pusat perdagangan dipindah ke sana. Pajak Ikan itu pun ditinggalkan.
Sisa Zaman Belanda
Pasar Ikan Lama adalah salah satu sisa kejayaan masa lalu Kota Medan yang masih terjaga dengan baik.
Almarhum Tuanku Luckman Sinar, salah seorang ahli sejarah Melayu dalam suatu kesempatan mengatakan, Pajak Ikan mulai berkembang besar setelah agresi militer Belanda II tahun 1949.
Pada era itu, banyak sekali kain dari Penang, Malaysia, yang masuk ke Medan.
Para pedagang yang umumnya Tionghoa menjualnya di sepanjang jalan di kawasan Jalan Cirebon, dekat Hotel Novotel.
Tempat itu pernah terkenal dengan sebutan Pasar Hongkong. Nama itu pun masih ada hingga sekarang, tetapi tidak lagi terlihat pedagang kain di sana.
Pada awal 1950-an, Pemerintah Kota Medan mulai menertibkan pedagang dan memindahkannya ke kawasan Pajak Ikan Lama.
Seiring dengan berjalannya waktu, pedagang Tionghoa bersaing dengan pedagang Medan, Aceh, dan India.
Kini tak ada dominasi pedagang Tionghoa. Mereka berbaur, pedagang Tionghoa, Aceh, Medan, Padang dan Arab.
Salim (79), pedagang di tempat itu, tidak tahu persis kapan pasar itu berubah menjadi pasar kain. Dia yang berjualan sejak tahun 1950-an sudah tahu pasar ikan menjadi pasar kain.
Sebelum semua tempat di Pajak Ikan dipakai sebagai tempat berdagang kain, tempat itu pernah dipakai sebagai gudang karet.
Kini, lebih dari 200 kios di kawasan Pajak Ikan seluruhnya menjual kain dan aksesorinya.
Pajak Ikan Lama menjadi saksi sejarah transformasi bisnis warga Medan dari masa ke masa.

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur
