Berkunjung ke Panti Asuhan Ar-Rodiyah Semarang, Ajak Anak Yatim Piatu Gemar Menabung
Siti, Kepala Sekolah MA Al-Fikri yang sekaligus pengasuh panti asuhan Ar-Rodhiyah menuturkan, tantangan pengelolaan keuangan semasa Covid-19 dimana pandemi ini berdampak pada ketersediaan fasilitas pendidikan dan penghidupan para santri.
Baca Juga:
Terlebih lagi, yayasan ini terpacu untuk mengelola kebutuhan sehari-hari bagi 150 santri. Meski begitu, pihaknnya melihat masih ada potensi lokal pesantren bahwa adanya warung kelontong santri masih bisa kembali berlanjut asalkan dibekali pengetahuan praktis berupa analisis SWOT oleh Niken Ayu Winarsih, dan teknik Pomodoro oleh Bartholomeus Alfa Amorrista.
"Analisis SWOT digunakan ketika adik-adik akan menentukan tujuan menabung untuk kelulusannya apakah memulai wirausaha sederhana berbasis santri seperti wirausaha laundry, bimbingan belajar, ataupun menjadi bekal melanjutkan pendidikan tinggi, meminimalisir pembelian pakaian demi memperbanyak membeli buku, dan sebagainya," kata Niken.
Hal ini terlaksana dengan lancar lantaran antusiasme adik-adik panti mengikuti serangkaian materi tersebut hingga games negosiasi dalam berdagang pada pukul 09.00-13.00 WIB. Terbukti saat adik-adik jenjang SMP-SMA mulai menyadari teknik pomodoro ternyata dapat melatih kedisiplinan menabung di tengah kesibukan kegiatan di pondok, dan bersemangat menawarkan 'modal' yang disediakan panitia untuk berlomba-lomba menjadi si kaya.
"Dengan kolaborasi antar komunitas sosial mahasiswa, kami menyediakan games si kaya, si miskin dan si konsumtif. Dari 10 amplop untuk 10 kelompok, masing-masing mendapatkan gambar uang mainan dan barang berupa tiket haji, emas, motor second, dan pakaian untuk visualisasi modal berdagang dalam durasi 30 menit," kata Co-Founder Mayura Institute, Nur Zaenab.
Keberhasilan pelatihan ini bukan sekadar terselenggaranya acara, melainkan nilai-nilai team work, komunikasi efektif, dan rasa kekeluargaan yang terbangun lewat pendampingan oleh kakak-kakak volunteer yang telah berkenan mendaftarkan diri.
"Kami sangat terbantu dengan para volunteer yang menjadi kakak pendamping adik-adik dalam masing-masing kelompok sehingga bonding yang berguna sebagai motivasi dan edukasi tentang kemandirian santri sejak dini," kata Captain Hore Heroes, Fahry Maulana.
Fahry melanjutkan, egiatan ini menjadi bukti bahwa memperluas makna ibadah bagi mahasiswa tidak selalu harus dilakukan secara individu, melainkan melalui sinergi dan kolaborasi dalam mewujudkan visi-misi komunitas sosial. Dengan menyatukan niat dan langkah, mahasiswa dapat menghadirkan manfaat yang nyata bagi sesama, khususnya bagi adik-adik yatim piatu yang membutuhkan dukungan dan inspirasi.
"Melalui kegiatan edukatif seperti ini semangat berbagi, empati, dan tanggung jawab sosial yang tumbuh bersama menjadikan ibadah tidak berhenti pada ritual, melainkan berlanjut dalam aksi nyata yang menebar keberkahan," pungkasnya. (San).