Minggu, 15 Juni 2025

Peluk Goni, Genggam Mimpi: Harapan Seorang Anak Pemulung

Redaksi - Minggu, 15 Juni 2025 09:12 WIB
Peluk Goni, Genggam Mimpi: Harapan Seorang Anak Pemulung
ist
Peluk Goni, Genggam Mimpi: Harapan Seorang Anak Pemulung

digtara.com - Di sudut taman, di tengah tawa anak-anak yang sibuk mewarnai, mataku tertuju pada sosok kecil berbaju merah yang berdiri ragu.

Baca Juga:

Rambutnya ikal, kusut tak terurus, dan di pelukannya tergenggam erat sebuah goni lusuh—lebih besar dari tubuh mungilnya.

Ia seperti terkurung dalam dunia sendiri, jauh dari keriuhan warna dan canda.

Aku memperhatikannya cukup lama. Ia tidak mendekat, hanya memandangi anak-anak lain dengan mata sayu. Langkah kecilku mendekatinya perlahan, mencoba menyapanya dengan senyum paling hangat yang bisa kuberikan.

"Hai, namamu siapa?" tanyaku pelan.

Gadis kecil itu mundur dua langkah. Genggamannya pada goni semakin kuat. Ia terdiam sejenak, lalu menjawab lirih, "Fiona."

Aku mengajaknya duduk bersama anak-anak lain, mewarnai atau membaca buku.


Tapi dia tidak langsung menjawab. Pandangannya berpaling ke arah seorang pria di kejauhan—tampak lelah, menggendong seorang balita dan membawa goni lain yang hampir penuh dengan botol plastik.

"Aku tanya Bapak dulu, ya, Kak," katanya pelan.

Aku mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Ia berlari kecil menghampiri pria itu dan membisikkan sesuatu. Tak lama, mereka berjalan ke arahku. Mata sang ayah tampak lelah, namun jujur dan tulus. Kalimat pertamanya membuat dadaku tercekat.

"Tapi kami tidak punya uang, Nak."

Aku tersenyum, menahan sesak. "Ini gratis, Pak. Anak-anak bebas membaca buku dan mewarnai tanpa dipungut biaya."

Ia terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Ada senyum tipis yang muncul di wajahnya. Fiona langsung duduk, memilih gambar dan mulai mewarnai tanpa ragu.

Tangannya cekatan, membangun dunia kecilnya sendiri di atas lembaran putih.

Sesekali ia bertanya, "Ini buah apa, Kak? Warnanya apa?"

Aku tertegun. Buah yang biasa kita lihat sehari-hari ternyata asing baginya. Apakah dia belum pernah melihatnya? Atau bahkan belum pernah mencicipinya?

Pertanyaan itu menggantung, tak sanggup kutanyakan. Aku hanya membantunya memilih warna, memastikan ia bisa menikmati momen kecil ini tanpa beban.

"Fiona kelas berapa?" tanyaku.

"Belum sekolah, Kak. Tapi umurku sudah tujuh tahun," jawabnya sambil terus mencoret gambar jeruk dengan warna oranye cerah.

Lagi-lagi hatiku tercekat. Tapi aku memilih tersenyum dan berkata, "Wah, kamu pintar banget mewarnainya!"

Fiona tertawa kecil. "Iya, cita-citaku mau jadi guru."

Aku menatapnya kagum. Dengan segala keterbatasan yang ia hadapi, ia masih menyimpan mimpi yang besar. Aku mengusap kepalanya lembut.

"Keren banget. Kalau begitu harus rajin belajar, ya." Ia mengangguk semangat.

Tak lama kemudian, sang ayah datang menjemput.

Fiona yang masih asyik mewarnai, menoleh padaku dan tersenyum lebar sebelum kembali menggenggam goninya.

Ia melangkah pergi bersama ayahnya, dan aku hanya bisa memandangi punggung kecilnya yang perlahan menjauh.

Senyumnya membekas dalam benak, bercampur rasa haru, sedih, dan syukur yang tak mudah diungkapkan dengan kata.

Lapak literasi kali ini terasa berbeda. Ada yang membekas, mengusik benakku seharian.

Fiona bukan satu-satunya anak dengan kisah seperti ini.

Di luar sana, masih banyak anak-anak lain yang belum bisa menikmati pendidikan dengan mudah.

Aku tahu, aku tak bisa mengubah dunia dalam sekejap. Tapi hari ini, Fiona tertawa.

Hari ini, ia mewarnai. Dan semoga hari ini bisa menjadi satu langkah kecil menuju mimpinya menjadi guru.

Penulis:Nadia Frety Shila,Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Arie
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Cabuli Anak SD, Guru di Sabu Raijua Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Cabuli Anak SD, Guru di Sabu Raijua Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Temukan Anak Pingsan Usai Diperkosa, Ayah dan Anak di Kupang Malah Jadi Tersangka

Temukan Anak Pingsan Usai Diperkosa, Ayah dan Anak di Kupang Malah Jadi Tersangka

Kasus Kekerasan Pada Anak Dilimpahkan Polres Kupang Ke Kejaksaan

Kasus Kekerasan Pada Anak Dilimpahkan Polres Kupang Ke Kejaksaan

Polres Lembata Jadwalkan Periksa Para Pelaku Penganiayaan Anak Dibawah Umur

Polres Lembata Jadwalkan Periksa Para Pelaku Penganiayaan Anak Dibawah Umur

Cabuli Anak Dibawah Umur, Mantan Kapolres Ngada Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara

Cabuli Anak Dibawah Umur, Mantan Kapolres Ngada Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara

Periksa Sembilan Saksi, Polda NTT Benarkan Mantan Kapolres Ngada Terlibat Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Dibawah Umur

Periksa Sembilan Saksi, Polda NTT Benarkan Mantan Kapolres Ngada Terlibat Kasus Kekerasan Seksual pada Anak Dibawah Umur

Komentar
Berita Terbaru