Terus Membaik, Petani Sawit Berharap Harga TBS Bisa Tembus Rp.1.500 per Kilogram

digtara.com | MEDAN – Petani kelapa sawit di Sumatera Utara, berharap harga jual Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit bisa mencapai Rp.1.500 per kilogram. Saat ini harga jual TBS telah menyentuh Rp.1.250 per kilogram.
Baca Juga:
Harga tertinggi itu terdapat di Kabupaten Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan (Labusel). Sementara daerah lainnya seperti Langkat senilai Rp 1.150 per kg, Deliserdang Rp 1.150 per kg, Serdangbedagai Rp 1.240 per kg, Simalungun Rp 1.150 per kg, Batubara Rp 1.150 per kg, Asahan Rp 1.200 per kg dan Labuhanbatu Utara (Labura) Rp 1.200 per kg.
Selanjutnya di Padanglawas Utara (Paluta) harga TBS di petani Rp 1.200 per kg, Padanglawas Rp 1.240 per kg, Tapanuli Tengah (Tatpeng) Rp 1.250 per kg, Mandailing Natal (Madina) Rp 1.150 per kg dan Tapanuli Selatan (Tapsel) Rp 1.200 per kg.
“Harga rata-rata TBS di tingkat petani di Sumut cukup beragam. Tertinggi sudah Rp 1.250 per kg. Tentu petani berharap harganya terus membaik dan bisa sampai Rp 1.500 per kg,” kata Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut Gus Dalhari Harahap, Jumat (22/2/219).
Begitupun, pabrik diharapkan bisa merealisasikan harga di tingkat petani sesuai dengan harga penetapan TBS. Karena selama ini, harga yang didapatkan petani masih lebih rendah dari harga penetapan. Dengan begitu, harga yang ditetapkan setiap pekan-nya tersebut tidak sekadar di atas kertas saja.
Untuk diketahui, Tim Penetapan Harga TBS Provinsi yang terbentuk berdasarkan SK Gubernur Sumatera Nomor 188.44/215/KPTS/2017, menetapkan harga TBS Provinsi Sumut untuk periode 20-26 Februari 2019 tertinggi untuk umur 10-20 tahun sebesar Rp 1.549,16 per kg.
Harga penetapan ini naik tipis dibandingkan pekan lalu senilai Rp 1.541,86 per kg. Kemudian harga rata-rata minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) lokal dan ekspor ditetapkan Rp 7.169,51 per kg. Untuk rata-rata harga kernel lokal Rp 4.476,50 per kg. Faktor K adalah 84,80%.
Sementara itu, harga CPO di pasar internasional kini berangsur turun. Setelah mengalami penguatan hingga menyentuh RM 2.300-an per metrik ton di awal Februari 2019. Saat ini, CPO dijual dikisaran RM 2.245 per ton-nya.
“Penurunan harga CPO ini dipicu oleh penurunan harga pesaing utama CPO yakni kacang kedelai (soybean). Dimana harga minyak kedelai mengalami penurunan dari kisaran US$ 783 menjadi US$ 763 per ton-nya,” kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin.
Penurunan harga minyak kedelai tersebut menjadi salah satu sentimen negatif bagi sawit di pasaran internasional. Karena dua komoditas ini kerap menjadi subtitusi bagi yang lain,di mana tren pembentukan harganya juga kerap linier antara yang satu dengan yang lainnya.
Gunawan mengatakan, kinerja harga sawit di tahun 2019 ini diperkirakan akan membaik. Sejumlah isu perang dagang di tahun 2018 telah menekan kinerja harga sawit di mana sawit sempat anjlok di kisaran RM 1.800-an per ton-nya.
Kinerja harga sawit terpuruk sebelumnya seiring dengan isu perang dagang yang dicuatkan oleh Presiden AS Donald Trump ke sejumlah negara pesaingnya. Namun, belakangan isu ini memudar seiring dengan kembali dibukanya ruang dialog antara AS dan Tiongkok sehingga memungkinkan akan terciptanya kesepakatan dan perdamaian antara kedua belah pihak.
Hal itu sangat mendukung iklim investasi dan sangat berpeluang membuat harga sawit membaik dan terbebas dari tekanan harga yang diakibatkan oleh memburuknya kondisi eksternal seperti halnya tahun 2018 silam.

Palmex Medan 2025: Pameran Sawit Terbesar Asia Tenggara Siap Digelar Oktober Ini

Viral! Aksi Warga Labuhanbatu Kubur Diri Tolak Pabrik Kelapa Sawit

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya
