Harga Minyak Global Cenderung Bergerak Mendatar

digtara.com | JAKARTA – Sejak awal pekan ini. Rabu (2/10/2019) pukul 7.14 WIB harga minyak bergerak cenderung mendatar. Harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 54,07 per barel.
Baca Juga:
Di mana harga minyak ini naik 0,84% ketimbang harga penutupan kemarin pada US$ 53,63 per barel. Harga minyak pagi ini naik setelah turun dalam enam hari perdagangan berturut-turut hingga kemarin.
Sementara, harga minyak brent pun turun 0,71% pada pagi ini. Harga minyak brent untuk pengiriman Desember 2019 di ICE Futures ini naik ke US$ 59,31 per barel setelah koreksi dalam tiga hari berturut-turut.
Penurunan harga minyak terhenti setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah turun 5,9 juta barel pada pekan lalu. Penurunan ini tidak terduga karena analis memperkirakan stok minyak naik 1,6 juta barel.
Sentimen positif harga minyak pun datang dari Organization of the Petroelum Exporting Countries (OPEC) yang melaporkan produksi 28,9 juta barel per hari pada bulan September. Tingkat produksi ini turun 750.000 barel per hari daripada level produksi bulan Agustus. Angka produksi September ini pun mencapai level bulanan terendah sejak tahun 2011.
Tak cuma OPEC, produksi minyak Rusia turun menjadi 11,24 juta barel per hari pada 1-29 September. Agustus lalu, Rusia memproduksi 11,29 juta barel per hari.
Sementara Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa produksi minyak Amerika Serikat (AS) bulan Juli turun 276.000 barel per hari menjadi 11,81 juta barel per hari. Penurunan ini terjadi karena penurunan produksi di pantai Teluk Meksiko. Level produksi tertinggi AS berada di 12,12 juta barel per hari yang tercapai pada bulan April lalu.
Penurunan produksi ini menahan kejatuhan harga minyak yang tertekan data manufaktur AS. Kemarin, Institute for Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas manufaktur AS bulan September yang mencapai level terendah dalam 10 tahun.
Indeks aktivitas manufaktur ISM berada di 47,8. Ini adalah penurunan bulan kedua. Penurunan ini mengejutkan karena para ekonom memperkirakan indeks manufaktur akan naik 50,1.
Data manufaktur yang negatif menekan pasar saham yang menular ke pasar minyak. “Seiring dengan pelemahan ekonomi global yang mulai terasa di AS, revisi proyeksi permintaan minyak global tahun ini dan tahun depan bisa terjadi lagi,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates kepada Reuters.[kontan]

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur
