Jumat, 26 September 2025

Pestalotiopsis Karet, Cuma Ada Dua Cara Penghalau Serangan

Redaksi - Kamis, 05 September 2019 01:24 WIB
Pestalotiopsis Karet, Cuma Ada Dua Cara Penghalau Serangan

digtara.com | MEDAN – Meskipun penyakit Pestalotiopsis pada tanaman karet sudah diketahui sejak 1975, tetapi cara menghalau serangan jamur itu, baru diketahui belum lama ini.

Baca Juga:

Priyo Adi Nugroho, Peneliti Pusat Penelitian Sungei Putih (PPKSP), mengungkapkan secara garis besar Pestalotiopsis cuma bisa dikendalikan dengan dua cara. Yakni secara kimiawi dan biologi.

“Secara kimiawi juga ada dua yang bisa dilakukan, yakni dengan fogging (pengasapan) dan dengan spraying (penyemprotan),” ujarnya seusai menjadi pembicara dalam kegiatan Bimbingan Teknis Mencegah dan Mengatasi Pestalotiopsis, Rabu (4/9/2019).

Namun kedua jenis tindakan ini sama-sama memakan biaya yang mahal, berkisar Rp30-40 ribu per pohon. Karena berbiaya besar, tindakan pengendalian tersebut sangat sulit dilakukan oleh petani biasa.

Pengendalian secara kimiawi terhadap Pestalotiopsis pada umumnya hanya mampu dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan berskala menengah ke atas.

Oleh sebab itu, lanjutnya, diperlukan kebijakan khusus dari pemerintah, apakah dari pusat atau daerah, untuk membantu petani mengendalikan Pestalotiopsis.

Kebijakan pemerintah sangat diperlukan karena petani rakyat tidak akan sanggup mengendalikannya dengan maksimal karena berbiaya mahal.

Terlebih, pengendalian Pestalotiopsis tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus secara bersama. Bila masih ada daerah perkebunan yang masih menjadi endemik, maka serangan Pestalotiopsis akan terus mengancam.

Penyebaran spora jamur ini melalui angin sehingga bila masih ada perkebunan yang belum dikendalikan maka Pestalotiopsis masih bisa menyerang lagi ke kebun lain.

Penanganan yang relatif akan jauh lebih murah adalah secara biologi. Yakni melawannya dengan bakteri atau jamur lain yang menjadi “musuh” alami dari Pestalotiopsis.

Namun persoalannya, cara ini masih dikembangkan oleh Pusat Penelitian Karet di Indonesia, termasuk PPKSP. Sementara ini mereka memang sudah menemukan beberapa bakteri yang diyakini akan cukup ampuh melawan Pestalotiopsis.

“Namun masih perlu pengujian terus-menerus. Sampai kapan, tergantung pengujiannya. Kami masih mencari formulasi yang paling tepat,” pungkasnya.

Kasus Pestalotiopsis pertama kali ditemukan di Sumatra Utara pada 2016. Namun hingga kini para peneliti belum mampu memastikan penyebarannya bersumber dari mana.

Kendati demikian, dari catatan Pusat Penelitian Karet, sebelum tersebar ke Indonesia, kasus Pestalotiopsis terjadi di kebun pembibitan Malaysia pada 1975.

Kemudian pada November 2017 menyerang perkebunan rakyat di Labis, Kulai dan Kluang Johor. Adapun klon yang terserang adalah RRIM 2001, RRIM 2025, RRIM 2023, PB 260 dan PB 350, dengan usia 10-15 tahun.

[AS]

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru