Sabtu, 27 Juli 2024

Perang Dagang Setir Laju Harga Minyak

- Kamis, 04 Juli 2019 01:10 WIB
Perang Dagang Setir Laju Harga Minyak

Digtara.com | JAKARTA – Pada semester I-2019 harga minyak untuk kontrak pengiriman September 2019 cenderung menguat di April dan sempat menyentuh level tertinggi yakni US$ 65,79 per barel pada 24 April 2019. Padahal di 31 Desember 2018 harga minyak berada di level terendahnya, yakni US$ 47,84 per barel.

Baca Juga:

Menurut Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, penguatan harga minyak terjadi saat Organisasi Negara Pengekespor Minyak (OPEC) dan Rusia menggagas pemangkasan produksi sebanyak 2 juta barel per hari. Alhasil, langkah tersebut sukses mengerek naik harga minyak di April 2019.

Sayangnya, penguatan tersebut hanya sementara dan mulai terkoreksi tajam di Mei 2019. Alwi menjelaskan, merosotnya harga minyak akibat memanasnya situasi perang dagang antara AS dan China yang tak kunjung usai. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global terimbas dengan cenderung bergerak lesu.

“Apalagi, minyak merupakan salah satu sumber energi. Sehingga, saat terjadi isu pelambatan global, permintaan terhadap minyak berkurang,” jelas Alwi.

Untuk Semester II-2019 cadangan yang berlebih dikhawatirkan mampu mengikis harga minyak. Alwi mengungkapkan, sepanjang Juni, produksi minyak sempat menyentuh level terbanyak yakni 12,6 juta barel per hari.

Untungnya, pada pertemuan anggota OPEC pekan ini, negara-negara anggota OPEC+ termasuk Rusia akan melanjutkan pemangkasan output minyak hingga Maret 2020.

Pernyataan tersebut, tentunya menjadi sentimen positif bagi pasar dan mendorong harga minyak untuk kembali naik. Ditambah lagi, ketegangan perang dagang antara AS dengan China cenderung mereda.

Sikap OPEC untuk terus melanjutkan pemangkasan produksi, dianggap mampu menjadi daya dorong harga minyak berada di jalur bullish. Hanya saja, Alwi menyatakan tren bullish yang terjadi di semester II-2019 cenderung terbatas dibandingkan semester I-2019.

Ini lantaran, pasar masih menanti kepastian perang dagang, khususnya realisasi kesepakatan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam KTT G20 pekan lalu di Osaka, Jepang.

Meskipun begitu, Alwi masih merekomendasikan investor untuk buy on deep minyak, mengingat harga masih dalam tren bullish. Hingga akhir tahun, harga minyak memungkinkan berada di level US$ 66,55 per barel dan untuk support US$ 51,55 per barel.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru