Terkait Demo Warga Marancar ke PLTA, Kadisnaker Tapsel: Hak Warga 70 Persen
digtara.com – Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisaker) Tapsel, Arman Pasaribu menanggapi aksi demo warga Kecamatan Marancar, Tapanuli Selatan pada pihak PLTA (PT NHSE).
Baca Juga:
Ia berjanji akan mendalami dan berdialog serta menyampaikan aspirasi warga kepada perusahaan PLTA tersebut secepatnya.
Kepada wartawan, Kamis (25/11/2021), Arman Pasaribu menegaskan sesuai MoU Amdal dengan perusahaan bahwa warga Tapsel harus mendapat posisi 70% dan 30% dari luar.
“Itu sudah kuota pekerja daerah dan Amdal, sebagaimana juga dengan Tambang Batang Toru itu sudah seharusnya. Akan kita koordinasi sampaikan kepada perusahaan, ” kata Arman Pasaribu.
Arman melanjutkan, kendala yang dialami selama ini adalah sumber daya manusia (SDM).
“Sumber daya manusia biasanya jadi masalah atau skil, ” Kata Arman Pasaribu.
Humas perusahaan NSHE Myrna Soeryo, kepada media akan mengkoordinasikan dengan managemen pusat terkait protes tersebut.
“Saya koordinasikan dengan managemen pusat. Kami akan berikan tanggapan secepatnya,” kata Myrna Soeryo.
Sebelumnya, sekira 50 warga Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanulu Selatan menggelar protes kepada pihak PLTA (NHSE) karena mereka menilai perusahaan tersebut tidak memberikan kesempatan bekerja kepada putra daerah dan malah menerima pekerja dari luar daerah.
Aksi lima puluhan warga marancar tersebut dimulai pada pukul 07.30 WIB dengan berbaris di pintu masuk dan membentangkan poster bertuliskan “Kami juga butuh kerja Putra Daerah Marancar. ”
Juru bicara warga, Wasinton Siregar (28) yang juga orator dalam orasinya mengatakan pihaknya menilai perusaan listrik (NHSE) tersebut tidak adil dalam penerimaan tenaga kerja, sebab kebanyakan warga yang diterima adalah dari luar daerah.
“Kami lihat penerimaan pekerja disini hanya dari luar, hari ini saja ada yang interview ngak ada orang marancar semuanya orang luar daerah seperti Sidimpuan” Kata Wasinton.
Wasinton Siregar mengungkapkan warga marancar juga siap bekerja dan punya kemampuan sebagaimana orang luar.
“Kami lahir dan besar di sini, masak kami hanya gigit jari jadi penonton melihat orang masuk ke perusahaan dan bekerja sementara kami pengangguran, ” kata Wasinton Siregar.