Kamis, 28 Maret 2024

Para Tuna Netra di Medan Inisiatif Bagun Posko Covid-19 Demi Bertahan Hidup

Irwansyah Putra Nasution - Kamis, 29 Oktober 2020 13:51 WIB
Para Tuna Netra di Medan Inisiatif Bagun Posko Covid-19 Demi Bertahan Hidup

digtara.com – Akibat akumulasi pengalaman atas keluhan yang jarang dijawab oleh pemerintah. Para tuna netra di Medan berinisiatif membangun posko Covid-19 demi mempertahankan hidup mereka. Bagun Posko Covid-19

Baca Juga:

Kesadaran itulah yang akhirnya tumbuh di kalangan para tuna netra yang tergabung dalam Persatuan Tuna Netra (Pertuni) Medan.

Melalui Sekretaris dan bagian penerangan Pertuni, Syahrial menceritakan keluh kesah yang tersimpan dalam benak para tuna netra kini kepada digtara.com, Kamis (29/10/2020).

“Kami membentuk panitia khusus tentang Covid-19 untuk menjawab kebutuhan ekonomi yang kian terpuruk. Inisiatif kami sendiri mendirikan Posko Covid-19 ini,” terangnya.

Ketika berkunjung ke lokasi sekretariat Pertuni, memang tampak posko kecil berdiri di tegah lapangan.

Bangunan yang terbuat dari kayu dengan spanduk bertuliskan “Posko Covid-19” sampai saat ini masih menjadi penanda yang menyimpan keluhan, harapan, dan kepedulian.

Baca: Hari Ke-2 Libur Cuti Bersama, Istana Maimun Perketat Prokes Covid-19

Kiranya sudah sejak 22 Maret 2020 tempat pengaduan itu dibangun. Syahrial menjelaskan bangunan itu menjadi saksi bisu ketika para dermawan datang karena turut perihati secara nyata atas kondisi yang menimpa mereka.

“Di masa pandemi ini, sumber mata pencaharian kami dari memijit hingga menjual kerupuk merosot tajam hingga 80 persen. Lantas kami harus bagaimana lagi dengan segala keterbatasan ini? Makanya kami dirikan posko,” keluhnya.

Sewaktu pandemi belum merebak di Indonesia, para tuna netra dominan mencukupi kebutuhannya dari hasil memijit dan berjualan kerupuk di jalanan.

Pendapatan Menurun

Kini, aktivitas ekonomi itu kian ditinggalkan oleh para pengunjung dan pembelinya. Pasalnya tak heran, kecemasan masyarakat untuk bersentuhan langsung dan keluar dari rumah di tengah pandemi sangatlah wajar, kendati menghilangkan sumber keuangan mereka.

Bagaimana tidak, Syahrial mengutarakan sebelumnya dari memijit setidaknya dapat menghasilkan Rp 105.000 per hari. Itu dilakukannya dari pagi sampai pukul 15.00 Wib, baru kemudian menjual keripik hingga pukul 23.00 Wib dengan pendapatan kira-kira Rp 120.000 per hari.

“Sekarang turunlah mencapai 80 persen. Biasanya pas memijit ada datang tiga orang, kalau sekarang terbilang tidak ada sama sekali. Kerupuk juga yang seharusnya bisa capai 60 sampai 70 bungkus, kini 25 bungkus aja sudah berat kali,” ucapnya.

Saat ditanyakan perihal bantuan dari pemerintah, tampak rasa kesal terpancar dari raut wajahnya.

Baca: Klaster Baru Dunia Pendidikan, Begini Tanggapan Satgas Covid-19 Kota Medan

Terlebih ketika dikaitakan dengan Pilkada yang sedang berlangsung di Medan. Spontan diutarakannya bahwa sering sekali para paslon dari tahun ke tahun menjumpai mereka. Mengobral janji namun tanpa realisasi.

Bahkan mereka sempat merasa terdiskreditkan karena selalu dibenturkan dengan alasan, “bukan hanya bapak yang mau dibantu orang lain masih banyak” saat menagih janji kepada paslon yang telah menjabat.

“Kata-kata itu terlalu pahit untuk diceritakan. Namun di masa pandemi ini kita tetap bersyukur mendapat bantuan dari satuan tugas Covid-19 Sumut yang memberikan bantukan sembako dan masker saat bulan ramadhan kemarin,” katanya.

Baca: Terpapar Covid-19, Bek MU Absen Hadapi Arsenal di Liga Inggris

Tetap Bersyukur

Beliau menjelaskan setidaknya ada tiga kali bantuan yang diterima, pertama ada 70 paket, kemudian 50 paket, dan terakhir 60 paket sembako berupa beras, minyak serta lainnya.

Tentu dengan anggota yang mencapai 400 orang, bantuan tersebut akhirnya harus dibagi secara proporsional. Tetapi di sisi lain, mereka juga membantu pemerintah untuk mensosialisasikan protokol kesehatan kepada segenap rekan-rekannya.

“Sudah lah ekonomi sulit, harga juga tidak terjangkau. Kadang kami ya makan nasi campur indomie atau telur saja,” pilunya.

Bahkan di tengah kerja yang mengharuskan untuk bertemu banyak orang, mereka tak pernah melakukan swab test.

Padahal dengan berjualan di berbagai daerah seperti jalan Helvetia, Bilal, Johor dan lainnya. Posisi mereka yang terbatas pastinya sangat rentan terkena pandemi.

Meski begitu, mereka tetap mematuhi protokol kesehatan saat bekerja dengan memakai masker dan membawa hand sanitizer.

“Kami inginkan Pemko untuk tanggap. Bantuan langsung Tunai (BLT) saja kami masih ada yang belum dapat. Padahal dari segi mana kami tidak layak untuk mendapatkannya? Sudahlah rumah nyewa, ekonomi krisis, bahkan orang yang membantu menurun. Biasanya minimal dua kali sebulan kini sekali saja bahkan sering tidak ada,” tutupnya dengan kembali mengeluh bercampur kesal.

Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube Digtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.

Para Tuna Netra di Medan Inisiatif Bagun Posko Covid-19 Demi Bertahan Hidup

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Irwansyah Putra Nasution
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru