Kamis, 25 April 2024

Indonesia Dilanda 673 Kali Gempa Dalam Satu Bulan

- Minggu, 08 September 2019 02:05 WIB
Indonesia Dilanda 673 Kali Gempa Dalam Satu Bulan

digtara.com | JAKARTA – Predikat sebagai negara dengan potensi gempa yang luar biasa, memang pantas dilekatkan dengan Indonesia. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu satu bulan, negeri Pancasila itu sudah diguncang 673 kali gempa.

Baca Juga:

Itu terjadi pada bulan Agustus 2019 lalu. Dari 673 kali gempat yang terjadi, tiga diantaranya memberikan dampak kerusakan yang cukup signifikan.

Gempa bumi dengan magnitudo signifikan di atas 5,0 (M > 5,0) terjadi sebanyak 22 kali. Sedangkan gempa bumi yang guncangannya dirasakan terjadi sebanyak 56 kali.

Dalam akun twitter resminya, BMKG menjelaskan ketiga gempa yang merusak di Agustus 2019 lalu adalah Gempa Selatan Banten pada 2 Agustus 2019 dengan magnitudo M=6,9, yang merusak 7 bangunan rumah yang tersebar di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sukabumi.

Kedua, Gempa Banyuwangi pada 12 Agustus 2019 dengan megnitudo M=5,0 menyebabkan beberapa rumah rusak ringan di Pantai Pancar dan Rajegwesi, Banyuwangi.

Ketiga, Gempa Kaki Gunung Salak pada 23 Agustus 2019 M=4,0 menyebabkan beberapa bangunan rumah warga rusak ringan di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor).

Selama Bulan Agustus 2019 juga terjadi gempa swarm. Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal.

Fenomena swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon Madiun (Juni 2015), Jailolo Halmahera barat (Desember 2015), dan Mamasa Sulawesi Barat (November 2018).

Gempa swarm Madiun terjadi pada 3 Agustus 2019 dimana terjadi gempa lebih dari 19 kali dalam sehari. Selanjutnya adalah swarm juga terjadi di sebelah baratdaya Kaki Gunung Salak pada10 hingga 28 Agustus 2019.

Selama sekitar 18 hari terjadi gempa lebih dari 84 kali hingga masyarakat resah dan sebagian mengungsi di perkebunan teh. “Patut disyukuri bahwa aktivitas Swarm saat ini sudah mereda,” tulis BMKG.

Pada beberapa kasus swarm terjadi di zona gunungapi. Swarm dapat terjadi di kawasan yang mengalami medan tegangan berkaitan dengan desakan aktivitas magmatik.

Selain berkaitan dengan kawasan gunungapi, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non volkanik. Swarm memang dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures).

Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat, karena memang jarang terjadi.

Dampak dari gempa swarm diakui memang meresahkan masyarakat. Jika kita belajar dari berbagai khasus gempa swarm di berbagai wilayah sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm memiliki struktur yang kuat.

[AS]

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru