Kamis, 28 Maret 2024

Aksi Polisi di Kupang Ini Patut Ditiru, Tanam Sayur dan Bagikan Gratis ke Tuna Netra

Imanuel Lodja - Selasa, 14 September 2021 04:10 WIB
Aksi Polisi di Kupang Ini Patut Ditiru, Tanam Sayur dan Bagikan Gratis ke Tuna Netra

digtara.com – Bercocok tanam dan bertani sudah menjadi hobi Brigpol Heribertus A B Tena di sela waktu luangnya sebagai petugas di Direktorat Tahanan Titipan (Dit Tahti) Polda NTT. Hasilnya, ia bagikan ke para tuna netra di Kupang.

Baca Juga:

Sejak beberapa waktu lalu, Bintara Polri tamatan tahun 2007 ini menyisihkan waktu luang sepulang kantor untuk mengolah lahan seluas 9 x 15 meter di Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang.

Ia bercocok tanam sayur sawi, kangkung dan terong ungu. Bersama beberapa kerabatnya, ia rajin menyiangi dan menyiram tanamannya seusai pulang kantor. Praktis waktu pulang kantor sejak pukul 16.00 wita ia habiskan di kebun.

Agar perawatan tanaman lebih intensif, Brigpol Heri pun rela pindah sementara dari rumahnya di Kelurahan Maulafa ke Kelurahan Fatukoa sehingga ia lebih banyak waktu merawat tanaman dan sayuran.

Awalnya, Brigpol Heri menanam sayuran untuk membantu ekonomi keluarga. Kebetulan waktu luang cukup banyak sejak ia pindah tugas ke Direktorat Tahti Polda NTT.

“Sayur hasil panen saya tawarkan ke beberapa rekan kerja dan dijual keliling. Saat pagi hendak ke kantor untuk apel pagi, saya membawa serta sayur pesanan rekan kerja di Polda NTT,” ungkapnya, Selasa (14/9/2021).

Selain ke rekan kerja, sebagian hasil panen juga ia jual keliling atau diantar ke rumah-rumah di sekitar tempat tinggal nya di Kelurahan Maulafa.

Ketika berjualan itulah, ia menjumpai belasan kepala keluarga penyandang tuna netra di RT 26 kelurahan Maulafa, Kota Kupang.

“Para penyandang tuna netra ini menggantungkan hidup dari hasil menjual kamoceng (pembersih debu dari bahan tali rafia),” tutur Brigpol Heri.

Ada 12 kepala keluarga yang menyandang tuna netra yang ia temui. Sebagian istri dan anak mereka pun tuna netra. Mereka tinggal di tempat kost milik Thobias Fanggi. Mereka harus membayar sewa kamar per bulan Rp 350.000 di luar biaya listrik dan air.

Brigpol Heri mengaku prihatin dengan kondisi para penyandang tuna netra ini. Karena itu, timbul niatnya untuk menolong mereka dengan berbagi hasil panen sayur.

Setiap Sabtu sore, ia mendatangi 12 kepala keluarga ini membagikan sayur sawi dan kangkung.

“Biar sedikit, asalnya semua kebagian. Setiap Sabtu sore saya bagi 2-4 ikat sayur kangkung dan sawi bagi setiap kepala keluarga,” ujar Brigpol Heri.

Ia datang dengan sepeda motornya dan mengetuk pintu kamar kost masing-masing keluarga disabilitas dan membagikan sayur hasil panen.

Aksi berbagi ini dilakukan sejak bulan Mei lalu. “Pokoknya setiap Sabtu saya wajib datang membagikan sayur,” ujarnya.

Cerita Para Tuna Netra

Lukas do Santos (29), salah seorang kepala keluarga penyandang disabilitas mengungkapkan kesulitan hidup mereka pasca pandemi covid 19.

Lukas yang menikah dengan Betty Mataratu yang juga tuna netra dan sudah dikaruniai dua orang anak mengaku kalau ia dan istri mengandalkan hidup dari membuat dan menjual kamoceng.

Setiap sore, ia dan istri bergantian menjual kamoceng di emperan toko. Satu buah dijual Rp 20.000.

“Kadang dalam satu minggu hanya laku 2 buah,” ujarnya.

Ia juga harus menyisihkan uang membayar jasa ojek untuk mengantar dan menjemputnya. Mereka makin kesulitan karena harga bahan pokok membuat kamoceng makin naik.

“Harga tali rafia main naik sementara penjualan kamoceng makin menurun,” ujarnya.

Beruntung ia memiliki keahlian memijat sehingga sesekali ia menggunakan jasa nya namun dengan harga murah Rp 70.000 per jam. Namun saat ini, ia jarang mendapatkan pelanggan.

Ia bersyukur dengan bantuan dan perhatian dari Brigpol Heri karena sedikit tidaknya mengurangi pengeluaran harian membeli sayur untuk beberapa hari.

“Sayur dari pak Heri kami konsumsi bisa untuk 3 sampai 4 hari. Kami sangat terbantu karena setiap akhir minggu kami tidak perlu beli sayur,” tandasnya.

Brigpol Heri yang pernah menjadi relawan Covid-19 di Wisma Atlet jakarta mengaku kalau aksi nya ini merupakan niat sendiri dan ia iba dengan kehidupan para penyandang tuna netra.

Bibit sayur dibeli sendiri dari uang gajinya. Dalam proses menanam sayur, ia juga tidak menggunakan pupuk namun ia merawat sendiri dan rajin menyiram tanaman.

Ada 5 bedeng sayur berbagai ukuran yang disiapkan.

“Ini sudah jadi hobby saya. Biar sayur yang saya bagikan sedikit, yang penting ada bagi warga tuna netra,” ujarnya.

Brigpol Heri melihat para tuna netra ini memiliki banyak potensi sehingga ia ‘bermimpi’ untuk membuat UMKM sendiri bagi kaum tuna netra.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Imanuel Lodja
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru