Warga Kesal, Dua Pekan Kebanjiran, Pemkot Binjai tak Kunjung Beri Bantuan
digtara.com – Warga Binjai yang terdampak banjir akibat meluapnya Sungai Bangkatan kesal. Pasalnya hingga Jumat (26/11/2021) siang, Pemerintah Kota (Pemkot) belum menujukkan perhatian apalagi bantuan.
Baca Juga:
Salah satu wilayah yang terendam banjir akibat meluapnya sungai Bangkatan berada di Jalan Jambi, Kelurahan Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, Kota Binjai dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.
Meski kerap kali diterpa musibah banjir, namun hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah Kota Binjai untuk memberikan bantuan dan mendirikan posko.
“Kami merasa kecewa dengan Pemerintah Kota Binjai. Meskipun banjir telah menjadi bencana yang rutin melanda wilayah pemukimannya, namun sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah untuk menyalurkan bantuan atau sekadar mendirikan posko,” ujar Idah (52), salah seorang warga korban banjir.
Padahal, lanjut Idah, dalam dua pekan ini, kawasan jalan Jambi sudah tiga kali mengalami kebanjiran. Namun tidak satu pun aparatur pemerintah yang turun langsung dan bertemu dengan warga untuk sekedar menanyakan keluhan dan kebutuhan warga.
Guna menjamin penyediaan kebutuhan konsumsi warga, terutama sarapan, Idah mengaku terpaksa meminta bantuan kepada kerabat dan tetangga yang rumahnya tidak terendam banjir.
“Alhamdulillah, masih adalah yang bantu dari warga sini juga. Sekadar untuk makan ada. Sedangkan kalau untuk (bantuan) yang lain, sementara ini kita usahakan sendiri,” jelasnya.
Pantauan wartawan, banjir setidaknya merendam sejumlah kawasan pemukiman pada empat kelurahan di dan kecamatan yang menjadi jalur perlintasan Sungai Bangkatan.
Keempat kelurahan itu antara lain, Kelurahan Pujidadi, Rambung Barat, dan Kelurahan Binjai Estate, Kecamatan Binjai Selatan, serta Kelurahan Satria, Kecamatan Binjai Kota.
Hingga Jumat (26/11/2021) pagi sekira pukul 08.00 WIB, ketinggian permukaan air sebagai dampak banjir luapan Sungai Bangkatan masih relatif tinggi, yakni mencapai pinggang orang dewasa.
Demi menjamin kelancaran aktivitas dan mobilisasi, sebagian warga terpaksa menggunakan karet ban sebagai rakit alternatif untuk melintasi wilayah pemukiman mereka.