Jumat, 19 April 2024

Survei CSIS : Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Unggul 18 Persen dari Prabowo-Sandi

Redaksi - Kamis, 28 Maret 2019 07:20 WIB
Survei CSIS : Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Unggul 18 Persen dari Prabowo-Sandi

digtara.com | JAKARTA – Center for Strategic and International Studies (CSIS) melaksanakan survei elektabilitas kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan berkompetisi di pemilihan presiden, 17 April 2019 mendatang.

Baca Juga:

Survei dilakukan pada rentang waktu 15-22 Maret 2019, dengan menggunakan metode multi-stage random sampling dengan jumlah sampel 1.960 tersebar di 34 provinsi di Indonesia, serta Margin of error (+/-) 2,21 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasilnya, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin memiliki tingkat keterpilihan atau elektabilitas sebesar 51,4%. Unggul 18 persen dari pasangan nomor urut 02, Prabowo-Sandi yang meraih elektabilitas sebesar 33,3%.

Menariknya, pada masing-masing pasangan calon, tingkat loyalitas pemilih sudah di atas 80%. Sehingga migrasi pemilih antar calon diprediksi tidak akan banyak terjadi.

“Tingkat kemantapan pemilih Jokowi- Ma’ruf Amin sebesar 84,4%, sementara kemantapan pilihan Prabowo-Sandiaga Uno sebesar 81,3%,” tutur Peneliti CSIS Arya Fernandes dalam sebuah diskusi di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2019).

Sebab itulah, Arya berpendapat setelah tingkat kemantapan yang tinggi, selanjutnya mobilisasi pemilih untuk datang atau tidak ke TPS menjadi hal penting yang harus dipastikan kedua paslon atau timses masing-masing.

“Keduanya sudah punya cara memobilisasi massa yang cerdik ya. Ada Subuh Berjamaah [untuk Prabowo-Sandi] atau Rabu Putih [untuk Jokowi-Ma’ruf]. Itu salah satu cara memobilisasi masa, untuk memastikan bahwa masing-masing pendukungnya akan datang ke TPS,” tambahnya.

Menurut Arya, tingkat partisipasi para pemilih akan bergantung pula pada bagaimana keduanya memanfaatkan momentum. Misalnya, mengolah isu, memastikan tidak ada blunder dari para kandidat, atau membuat budaya pop baru untuk membuat masyarakat bersemangat.

“Membuat budaya baru pop culture itu juga memperkuat brand kandidat. Misalnya salam Dua Jari waktu Jokowi 2014 dulu itu cukup besar pengaruhnya untuk memobilisasi massa,” ungkap Arya.

Hal tersebut Arya anggap penting untuk mendorong masyarakat yang menyatakan belum menentukan pilihan dan enggan untuk membeberkan pilihannya dalam survei.

“Ada sekira 14,1% yang tidak menjawab atau rahasia, juga ada 1,2% yang belum menentukan pilihan,”tandasnya.

[AS]

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru