Pengamat Politik: Presentase Golput Berpotensi Serupa di Pilkada Medan 2015
digtara.com – Pilkada Medan 2020 berpotensi mengulang fenomena yang terjadi pada Pilkada Medan tahun 2015 lalu. Pilkada tahun 2020 ini, presentase Golput (Golongan Putih) diprediksi sekitar 70 persen. Pengamat Politik: Presentase Golput Berpotensi Serupa di Pilkada Medan 2015
Baca Juga:
Hal tersebut disampaikan oleh Fuad Ginting selaku pengamat politik dalam acara publikasi hasil survei elektabilitas kandidat pasangan calon walikota Medan pada Pilkada 2020 oleh Lembaga riset City Research Center (CRC), di Cafe Keumalahayati, Jln Sei Serayu No. 29 Medan.
“Kejadian 2015 ialah golput besar-besaran di kota Medan, sekitar 70 persen. Potensi tahun 2020 akan berulang lagi,” tandasnya.
Hadir sebagai pembicara pembanding, Fuad merespon hasil survey yang mengatakan Akhyar-Salman memiliki elektabilitas 5 persen lebih dari pada Bobby-Aulia.
Fuad mengangap wajar karena keterpecahan partai dan beragam isu seperti dinasti politik yang berhembus.
Fuad lebih tertarik melihat perihal proses kandidatisasi partai yang dapat memicu kenaikan golput di Medan.
Baca: Hasil Survey: Warga Tak Puas Pembangunan Medan, Akhyar Unggul Elektabilitas dan Kelayakan
“Tidak berusaha mencari calon alternatif yang berasal dari kader partai mereka sendiri, melainkan tergantung dengan permainan pusat,” ucapnya, Senin (14/9/2020).
Kesalahan Berulang
Lebih lanjut dikatakannya bahwa terdapat kesalahan berulang yang dilakukan oleh partai-partai di kota Medan.
Terutama dikarenakan bermain dengan cara elitis, tidak menghimpun kepentingan warga kota Medan.
Semisal proses kandidatisasi yang tidak mengajarkan proses demokrasi di Medan, karena mau tidak mau, pasti akan membawa nama istana.
“Proses pemilihan calon yang diusung partai banyak menabrak proses meritokrasi, di mana kita dapat menempatkan orang sesuai dengan prestasi dan kapabilitasnya,” lanjutnya.
Berangkat dari perihal itu, Fuad mengatakan, akhirnya partai-partai kembali mengulangi apa yang terjadi di 2015.
Yakni keterlepasan partai dari konstituennya. Mereka yang menentukan kandidat hanya dari tataran internal dan tidak memperhatikan suara dari konstituennya.
Baca: Soroti Minimnya RTH, Bobby Nasution Singgung Anggaran Rp 30 T
Selain itu beliau juga mengatakan, persepsi yang saat ini berkembang di masyarakat sudah terbelah menjadi dua.
Pertama, dari barisan pendukung Akhyar yang mengatakan Bobby tidak berpengalaman. Kedua, dari pendukung Bobby yang ucapkan Akhyar tidak melakukan apa-apa.
Baca:Â KPU Medan: Bobby-Aulia dan Akhyar-Salman Belum Memenuhi Syarat
“Calon kita kok dua-duanya Nasution, jadi tidak menarik. Tapi ya udahlah minimal kedua calonnya dari Medan Utara,” tutupnya.
Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel YoutubeDigtara TV. Jangan lupa, like comment and Subscribe.
Pengamat Politik: Presentase Golput Berpotensi Serupa di Pilkada Medan 2015