Tantangan Internal dan Eksternal Berpotensi Menahan Laju IHSG
digtara.com – Pada kuartal II-2020 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejumlah tantangan baik dari internal maupun eksternal berpotensi menahan laju.
Baca Juga:
Buktinya, pada penutupan perdagangan Rabu (6/5), IHSG kembali terkoreksi 21,34 poin atau 0,46% ke level 4.508,79.
Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, kondisi pasar modal bakal lebih menantang di kuartal ini. Di mana sentimen dari domestik akan menjadi motor penggerak IHSG.
Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 yang jauh dari harapan. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pada tiga bulan pertama tahun ini hanya 2,97%. Realisasi ini jauh di bawah prediksi Bank Indonesia (BI) yang yakin ekonomi tumbuh 4,4%.
Merosotnya pertumbuhan ekonomi ini juga diproyeksi bakal berlanjut di triwulan dua tahun ini. BI pun memprediksi pertumbuhan ekonomi akan kontraksi 0,4% di periode April hingga Juni 2020.
Kedua, pelaku pasar fokus mencermati laporan kinerja emiten sepanjang triwulan pertama.
Meski beberapa perusahaan masih mampu mencetak kinerja yang cukup baik, namun tak sedikit juga yang mencatat rapor merah akibat pandemi Covid-19.
Nah hal ini akan lebih terasa pada kuartal kedua mendatang.
Sejatinya, menjelang Lebaran, guyuran tunjangan hari raya (THR) dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, indeks keyakinan konsumen (IKK) April 2020 malah turun signifikan menjadi 84,8 dari bulan sebelumnya yang masih ada di level 113,8.
Menurut Wisnu, ini terjadi lantaran ada kemerosotan penghasilan dan banyaknya PHK, sehingga THR tahun ini pun turun signifikan.
“Data-data dari domestik itu lebih cenderung menjadi penggerak untuk IHSG ke depannya,” ujar Wisnu.
Selain itu, secara historical, pergerakan IHSG pada Mei juga berpotensi tertahan akibat sell in May atau aksi jual oleh investor.
Belum lagi pilihan investor asing yang masih keluar dari IHSG membuat pergerakannya cenderung melemah.
Di mana dari eksternal, IHSG bakal mendapatkan tekanan karena harga minyak yang melemah serta potensi ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas.