Rupiah Masih Ditopang Data Pertumbuhan Ekonomi
digtara.com | JAKARTA – Transkasi di perdagagan Rabu (5/2/2020) kemarin, rupiah di pasar spot berhasil menguat 0,18% ke Rp 13.690 per dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga:
Di mana kombinasi sentimen eksternal dan internal berhasil membuat rupiah perkasa. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,31% menjadi Rp 13.717 per dolar AS.
Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan mata uang Garuda tak terlepas dari adanya sentimen positif setelah vaksin virus corona ditemukan oleh ilmuwan asal Inggris.
Hal tersebut dapat menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap penyebaran virus corona yang akhirnya membawa perlambatan ekonomi global.
Selain sentimen eksternal, rupiah juga ditopang oleh data pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indoensia pada tahun 2019 sebesar 5,02%. Walau meleset dari target, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik dibandingkan dengan negara lain di kawasan.
Untuk Kamis (6/2), Josua menyebut pergerakan rupiah bergantung pada data ekonomi AS yang bakal dirilis tadi malam.
“Pelaku pasar menantikan rilis data ekonomi AS seperti mortgage application, ADP employment bulan Januari 2020 dan neraca perdagangan bulan Desember serta data PMI sektor jasa dan PMI composite,†jelas Josua.
Sementara itu, Analis Monex Investindo Faisyal juga mengatakan hal yang sama. Namun, Faisyal menilai, rupiah masih berpotensi menguat apabila data ekonomi AS tersebut mengecewakan.
Alhasil, Faisyal pun menebak, hari ini rupiah bergerak dalam rentang Rp 13.635-Rp 13.740 per dolar AS. Sedangkan Josua memperkirakan, rupiah ada di kisaran Rp 13.600–Rp 13.725 per dolar AS pada perdagangan Kamis (6/2). [kontan]