IHSG Ditutup Melemah di Level 6.257
digtara.com | MEDAN – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah di level 6.257 pada perdagangan hari ini. Posisi IHSG di penutupan merupakan posisi IHSG tertinggi hari ini, setelah sempat berada di level 6.161.
Baca Juga:
Pelemahan IHSG ini linier dengan pelemahan mayoritas saham di bursa global. Terlebih Wallstreet mengkhawatirkan sejumlah investor saham di berbagai negara akibat adanya sinyal resesi.
Itu terlihat dari kurva yield 2 tahun berada diatas tingkat 10 tahun ditandai oleh adanya suku bunga bond jangka pendek lebih tinggi dari suku bunga bond jangka panjang.
“Ini membuat investor beralih pada aset-aset yang lebih aman untuk sementara waktu. Panik jual sejumlah saham di Amerika Serikat membuat indeks Dow Jones amblas 3,04%, nasdaq jatus 3.02%, S&P 500 turun 2,92% dan NYSE turun 2,8%. Sementara itu sentimen ini juga berimbas pada indeks indeks di Asia dimana STI melemah 0,9%, Nikkei turun 1,2% dan Pilipina turun 0,39%,â€sebut Praktisi Pasal Modal, Gunawan Benjamin, Kamis (15/8/2019).
Gunawan lebih lanjut mengatakan, IHSG hari ini masih ditopang penguatan saham yang memiliki market cap yang cukup besar. Seperti INKP dan TKIM. Adanya berita  Jokowi meminta Menkeu untuk menghapus pajak Kertas menjadi sentimen positif kenaikan pada saham INKP dan TKIM masing-masing 16,9%.
“Sebelumnya adanya beban bagi perusahan kertas terkait pajak dan sebagainya membuat saham ini melemah lebih dari 40% dari harga wajarnya. Upaya ini telah lama diperjuangkan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) di tanah air namun baru saat ini direspon cukup baik oleh Presiden RI langsung. No Tax for Knowledge diharapkan mampu meringankan beban perusahaan dan mengembalikan saham INKP dan TKIM atas 10.000/lembar,â€tukasnya.
Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap dólar AS masih melemah 0,4% di level Rp.14.304/USD.
“Saya kira, pelemahan Rupiah saat ini seiring dengan ketidakstabilan ekonomi saat ini, sebagai negara berkembang Indonesia masih rentan terkena imbas resesi maupun krisis ekonomi yang mungkin akan terjadi. Namun demikian saya kira, peluang invetasi di Indonesia masih cukup baik dan stabil,â€tandasnya.
[AS]