Jumat, 29 Maret 2024

Belanda Rusuh Akibat Batasi Kegiatan Warga, Ratusan Remaja Ditahan

- Selasa, 26 Januari 2021 04:24 WIB
Belanda Rusuh Akibat Batasi Kegiatan Warga, Ratusan Remaja Ditahan

digtara.com – Selain menghadapi gelombang infeksi varian Covid-19 baru yang berasal dari Inggris, Belanda juga menghadapi gelombang protes menolak kebijakan jam malam untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Protes itu seluruh penjuru Belanda rusuh dan ratusan orang sudah ditangkap.

Baca Juga:

Umumnya perusuh adalah remaja berusia belasan tahun. Kepolisian Belanda menangkap setidaknya 70 orang dalam kerusuhan pada malam ketiga secara beruntun di tengah unjuk rasa penolakan terhadap keputusan pemerintah menerapkan jam malam, Senin (25/1/2021). Jadi total lebih dari 300 orang sudah ditahan karena sebelumnya, polisi telah menahan 250 orang pelaku kerusuhan.

Akan tetapi, motivasi di balik vandalisme dan insiden lain di beberapa kota, mulai dari Rotterdam dan Amsterdam hingga kota-kecil, seperti Haarlem, Geleen, dan Den Bosch, belum jelas. Foto-foto di media sosial menampilkan para perusuh menjarah toko di Den Bosch. Seorang pewarta foto juga dilaporkan terkena lemparan bata setelah dikejar perusuh yang marah.

“Demonstrasi ini telah dibajak oleh orang yang hanya menginginkan satu hal, yaitu kerusuhan,” kata Hubert Bruls, Wali Kota Nijmegen dan pemimpin organisasi keamanan lokal dalam acara televisi Op1.

Kepala Kepolisian Belanda Willem Woelders mengatakan bahwa penangkapan atas 70 orang perusuh dilakukan, Senin sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Di Twitter, Kepolisian Geleen mengatakan bahwa mereka menghadapi “remaja perusuh yang melempar petasan.” Sementara aparat menggunakan meriam air dalam menghadapi para penjarah di Rotterdam. Di Haarlem, aparat menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.

Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb mengeluarkan keputusan darurat yang memberikan polisi kekuasaan lebih luas untuk menangkap. “Ada permintaan mendesak agar semuanya meninggalkan daerah itu,” cuit Dewan Kota di Twitter.

Senin malam, sejumlah wali kota di beberapa kota di Belanda mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan tindakan darurat untuk mencoba mencegah kerusuhan agar tidak berlanjut.

Akhir pekan lalu di Amsterdam, polisi mengerahkan anjing polisi untuk melawan para perusuh yang berkumpul di sekitar Museum Van Gogh. Sedangkan di Eindhoven toko-toko dijarah dan mobil-mobil yang diparkir di jalan dirusak. Wali Kota Eindhoven John Jorritsma mengaitkan situasi ini dengan “perang saudara” dan menyeru agar militer dikerahkan.

Setelah kerusuhan akhir pekan lalu, polisi menahan 250 orang di Amsterdam, Eindhoven, dan kota-kota lain. Dalam bentrokan di wilayah-wilayah itu, para pengunjuk rasa melemparkan batu. Bahkan dalam satu kasus melempar pisau ke arah polisi serta membakar pusat layanan tes Covid-19.

Horor Yang Menakutkan

Sebelumnya, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dengan tegas mengecam pelaku kerusuhan selama akhir pekan itu. Para demonstran anti-karantina wilayah menyerang polisi dan menyulut kebakaran. “Ini tidak bisa diterima. Semua orang yang normal akan melihat ini sebagai horor,” ujarnya.

Jam malam yang baru pertama kali diterapkan sejak Perang Dunia II diberlakukan setelah Institut Kesehatan Nasional (RIVM) memperingatkan gelombang baru infeksi akibat “varian Inggris” Covid-19, meski kasus baru di Belanda dalam beberapa minggu terakhir menurun. Sebanyak 4.129 kasus baru dilaporkan pada Senin (25/1/2021), yang merupakan jumlah terendah sejak 1 Desember 2020.

Kepolisian juga mengeluarkan lebih dari 5.700 surat denda pada mereka yang melanggar jam malam. Jam malam ditetapkan berlaku dari pukul 21.00 hingga pukul 4.20 waktu setempat. Kebijakan ini berlaku hingga 10 Februari mendatang. Pelanggar aturan jam malam dikenakan denda sebesar 95 euro.

Kebijakan jam malam dikecualikan untuk, misalnya, orang yang keluar rumah untuk bekerja, menghadiri pemakaman, dan membawa jalan anjingnya dengan syarat mereka bisa menunjukkan bukti bahwa mereka negatif Covid-19.

“Ini tak ada hubungannya dengan protes, ini kekerasan kriminal,” ujar Rutte kepada wartawan di luar kantornya di Den Haag. Sekolah dan toko non-esensial di Belanda ditutup sejak pertengahan Desember lalu menyusul penutupan bar dan restoran dua bulan sebelumnya.

Hingga saat ini, tercatat ada 13.579 kasus meninggal akibat Covid-19 dan 952.950 kasus Covid-19 di Belanda.

Serikat pekerja kepolisian menyatakan kemungkinan besar protes masih akan terus terjadi seiring dengan penerapan kebijakan karantina wilayah dan program vaksinasi Covid-19 yang terbilang paling lambat di Eropa. “Kami belum pernah melihat kekerasan seperti ini dalam 40 tahun,” kata Koen Simmers, anggota serikat pekerja kepolisian, dalam program televisi Nieuwsuur. (reuter/kompas.id)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru