Jumat, 19 April 2024

Menggigil Belum Tentu Covid-19! Memang Suhu Sedang Dingin, Ini Penyebabnya!

- Minggu, 01 Agustus 2021 00:59 WIB
Menggigil Belum Tentu Covid-19! Memang Suhu Sedang Dingin, Ini Penyebabnya!

digtara.com – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan BMKG mengungkap suhu dingin bakal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia beberapa hari ke depan. Keadaan ini terjadi karena faktor awan yang mempengaruhi cahaya matahari.

Baca Juga:

Efek dari surya pethak dapat membuat suhu permukaan Bumi menjadi lebih dingin, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal dan manusia akan mudah menggigil.

Fenomena yang dinamai surya “pethak” atau Matahari tampak memutih berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Fenomena surya pethak adalah saat matahari merona putih selama siang hari sejak terbit hingga terbenam.

“Setiap wilayah di seluruh indonesia berpotensi mengalami surya ‘pethak’,” kata peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lapan Andi Pangerang mengutip Antara, Minggu (1/1).

Surya pethak merupakan fenomena yang umumnya hanya terjadi di musim-musim penghujan. Saat itu, penguapan air cenderung tinggi sehingga kabut awan lebih mudah terbentuk.

“Surya pethak hanya bisa terjadi jika kualitas udara di lokasi pengamatan kurang baik, dan dari sisi meteorologis, lokasi tersebut tertutup kabut awan, sehingga penghamburan (scattering) tidak sekuat ketika langit bersih dan cerah,” katanya.

Penyebab surya pethak

Menurut ahli, penyebab munculnya surya pethak karena letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang dapat memengaruhi penguapan dan pembentukan awan.

Menurut dia sinar matahari yang biasa kemerahan ketika terbit dan terbenam akan memutih. Sedangkan ketika matahari meninggi, sinar matahari tidak begitu terik dikarenakan terhalang oleh semacam kabut awan.

Ramalan tanda pergantian zaman

Secara harfiah, surya pethak bermakna Matahari (tampak) memutih. Surya pethak dapat dimaknai sebagai alam sunya ruri atau siang hari yang temaram seperti malam hari.

Siang hari yang dimaksud dihitung sejak Matahari terbit hingga terbenam. Sinar Matahari yang biasa kemerahan saat terbit dan terbenam akan memutih. Sedangkan ketika Matahari meninggi, sinar Matahari tidak begitu terik karena terhalang oleh semacam kabut awan.

 

Dalam salah satu jangka (ramalan) Sabdo Palon Noyo Genggong, disebutkan bahwa salah satu tanda pralaya atau pergantian dari zaman lama ke zaman baru adalah terjadinya surya pethak.

Fenomena ini dapat berlangsung selama tujuh hingga paling lama empat puluh hari. Adapun efek dari surya pethak akan membuat suhu permukaan Bumi menjadi lebih dingin.

Kejadian tersebut dapat berlangsung selama tujuh hingga empat puluh hari paling lama.

 

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru